Gresik, adalah salah satu kabupaten yang berada di pesisir Jawa Timur. Kabupaten ini memiliki peradaban imperial yang besar dan kuat. Peradaban itu adalah Giri Kedaton.
Giri Kedaton yang berlokasi di Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik (sekitar 200 M sebelah selatan dari kompleks makam Sunan Giri). Gresik memiliki beberapa nama ejaan, seperti De Vries dan Wilkens menyebut Gresiq. Orang-orang Cina (sebelum tahun 1400 M), menyebut dengan nama T’se Ts’un. Orang Arab menyebutnya Qorrosyaik. Orang pribumi menyebut dengan Kersik. Portugis menyebut Agaze. Sedangkan orang Eropa lainnya, terutama Belanda menyebut Gerrici. Selain itu Ada juga yang menyebutnya Gerwarase, Grisick, Grasik, Giri – Geresik (Dukut Imam Widodo, 2004).
Pesisir utara Jawa mempunyai implikasi sejarah Islamisasi yang tidak dapat dilupakan. Dalam buku Sejarah Islam di Nusantara, disebutkan bahwa bandar-bandar seperti Gresik dan Tuban dibawah pengaruh orang-orang kuat yang dikenang sebagai para wali (Michael Laffan, 2011). Memang berbagai diskursus tentang sejarah Islam di Indonesia tidak lengkap jika tak menyebut nama “Walisongo” atau Sembilan Wali.
Perlu diketahui, Giri Kedaton merupakan sebuah tempat pendidikan keagamaan atau pesantren. Sebelum menjadi sistem monarki, Sunan Giri atau Maulana Ainul Yaqin — dalam versi lain yakni Jaka Samudra, Sultan Abdul Faqih, Prabu Satmata, atau Raden Paku — pada mulanya mendirikan tempat untuk belajar agama. Dalam perkembangannya, terjadi dwifungsi posisi Giri dalam realitas sosial saat itu.
Giri Kedaton bukanlah kerajaan Islam awal di tanah Jawa. Ada kesultanan Cirebon (1430 M) dan Demak (1475 M) yang lebih dahulu. Giri Kedaton atau Pesantren Giri berawal dari Sunan Giri mencari tanah perdikan yang akan dibuat untuk menjalankan sistem klasikal li at-thalibi al-‘ilmi. Barulah di tahun 1481 M, Sunan Giri menemukan tanah yang cocok dengan bongkahan tanah yang ia bawa dari Pasai.
Dinamakan Pesantren, yakni tidak terlepas dari rukun-rukun Pesantren, salah satunya terdapat tempat shalat atau Masjid. Sunan Giri membangun Masjid untuk dijadikan tempat pembekalan para santrinya. Santri-santrinya tidak hanya berasal dari sekitar Gresik, tetapi juga dari luar pulau Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Madura dan Halmahera.
Giri Kedaton dan Kebesarannya
Sunan Giri mendeklarasi berdirinya Giri Kedaton pada hari Senin, tanggal 9 Maret 1487 M. Dalam proses mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Giri, Raden Fatah selaku Raja Demak memberikan gelar Prabu Satmata kepada Sunan Giri. Di lain kesempatan, Raja Hitu memberikan gelar “Raja dari Bukit Giri” (Umar Hasyim, 1979).