Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Biografi
Gus Dur Bapak Sosialisme dari Pesantren Abad ke

Gus Dur Bapak Sosialisme dari Pesantren Abad ke

Gus Dur: Bapak Sosialisme dari Pesantren Abad ke-21 (1)

Saidun Fiddaraini by Saidun Fiddaraini
11/01/2022
in Biografi, Tajuk Utama
4 0
0
4
SHARES
83
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Kepergiannya ditangisi banyak orang. Kehadirannya selalu dirindukan. Laku hidupnya banyak dijadikan inspirasi dan teladan. Pemikiran dan gagasan-gagasannya menjadi angin segar di tengah kering-kerontangnya pada saat masyarakat Indonesia dalam situasi ‘moral’ yang disebut “krisis kemanusiaan”. Walaupun, kadang-kadang pemikirannya kerap mengundang polemik di tengah masyarakat (yang tidak memahami visi-misinya).

Itulah Gus Dur, sosok manusia multidimensi. Ia intelektual atau cendekiawan muslim, kiai sekaligus ulama, dan pejuang kemanusiaan yang cukup berpengaruh sampai saat ini. Meskipun Gus Dur telah lama meninggalkan kita, tetapi ia masih hidup dalam diri bangsa Indonesia melalui pemikiran atau gagasan-gagasan yang ditelurkannya. Yang menarik, ia tidak sekadar fenomenal di kalangan umat muslim, terutama Nahdlatul Ulama (NU), juga di kalangan non-muslim. Sehingga, mencari sosok seperti Gus Dur teramat sulit, apalagi untuk saat ini.

BacaJuga

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Semasa hidup, Gus Dur memang dikenal dengan ungkapan-ungkapannya yang ganjil. Salah satunya, “Tuhan tidak perlu dibela karena Tuhan sudah Maha Segalanya. Tetapi belalah mereka-mereka yang diperlakukan tidak adil dan diskriminatif”. Walau begitu, Gus Dur adalah termasuk aktivis kemanusiaan. Ia memperjuangkan kesetaraan umat manusia, terutama di Indonesia, baik melalui karya, pemikiran maupun laku hidup sehari-hari. Tidak berlebihan jika penulis menjuluki Gus Dur sebagai bapak sosialisme dari pesantren abad ke-21 ini. Mengapa? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu saja, memerlukan argumentasi dan analisa yang kuat dengan menelisik rekam jejak dan sepak terjang perjuangan Gus Dur.

Secara pribadi, penulis tidak mengenal sosok Gus Dur bahkan tidak ‘berjabat’ secara langsung. Penulis hanya mengenal dari buah pemikiran dan gagasannya yang ditelurkan dalam sebuah karya. Hasil dari pengamatan penulis dari apa yang dibaca, dilihat dan dicermati ihwal perjalanan hidup dan sepak terjangnya, terutama dalam kemasyarakatan dan keberagamaan, dapat direfleksikan ke dalam 4 hal mengapa Gus Dur oleh penulis layak dijuluki Bapak sosialisme di abad ke-21 ini.

Pertama, Gus Dur seorang pesantren tulen. Sudah jamak diketahui bersama bahwa pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Sebagai lembaga tertua, pesantren memainkan peranan penting dalam penyebaran dakwah Islam di bumi Nusantara. Sejak kali pertama berdiri, pesantren mendeklarasikan diri sebagai lembaga pusat kajian ilmu-ilmu keislaman (tafaqquh fid-dien). Kontribusinya begitu besar terhadap tegaknya Islam Ahlussunnah Waljamaah sampai saat ini.

Kendati demikian, misi utama pesantren adalah membentuk akhlak seorang santri, selain mencetak para kader-kader ulama. Alih-alih mengajarkan ilmu-ilmu agama, akhlaklah yang diutamakan. Tidak mengherankan, jika di pesantren akhlak memiliki posisi (kedudukan) yang strategis bahkan menjadi prioritas utama.

Tak hanya itu, pesantren juga mengajarkan tentang pentingnya sikap toleransi terhadap sesama, baik kepada santri ataupun non-santri. Dengan posisinya sebagai lembaga pendidikan Islam, adalah wajar jika pesantren tidak membedakan status sosial dan kelas masyarakat. Artinya, siapa saja yang berkeinginan untuk mempelajari atau memperdalam pengetahuan keagamaan Islam, diperbolehkan memasuki lembaga tersebut.

Page 1 of 2
12Next
Tags: gus durKH. Abdurrahman Wahidnahdlatul ulamaPesantrenSosialisme
Previous Post

Saat Istri Haid, Islam Melarang Suami Berhubungan Badan

Next Post

Belajar dari Kasus Ahok, Apakah Penendang Sesajen Bisa Dipidana?

Saidun Fiddaraini

Saidun Fiddaraini

Alumni PP. Nurul Jadid, Paiton dan sekarang mengajar di PP. Zainul Huda, Arjasa, Sumenep.

RelatedPosts

kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Edisi September 2
Bulletin Islamina

Maulid dan Budaya Populer

20/09/2024
Next Post
Penendang Sesajen

Belajar dari Kasus Ahok, Apakah Penendang Sesajen Bisa Dipidana?

Penyelesaian Masalah dengan Rawi Hadits

Penyelesaian Masalah dengan Hadits Berdasarkan Kualitas Rawi

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.