Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Ikhlas

Ikhlas

Ikhlas

Helmi Ali Yafie by Helmi Ali Yafie
18/06/2020
in Kolom
4 0
0
4
SHARES
76
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Ikhlas adalah sikap, perbuatan atau tindakan dengan mengacu kepada akar katanya (kh-l-sh), Ikhlas bermakna ‘bersih’, ‘jernih’, tidak bercampur dengan sesuatu yang lain’. Dalam bahasa Indonesia, biasa disamakan artinya dengan ‘tulus’ atau ‘tanpa pamrih’. Jadi Ikhlas itu adalah sikap atau perbuatan yang dilakukan tanpa pamrih, tanpa berharap memperoleh balasan atau imbalan; entah dalam bentuk materi, atau penghargaan dan sebagainya.

Biasanya perbuatan atau tindakan ikhlas itu, spontan, tidak direncanakan sebelumnya. Tak ada ruang analisis atau pertimbangan untung rugi yang dipikir bolak-balik. Mungkin karena ikhlas itu lebih banyak bertumpu pada hati. Kalau dalam bahasa agama, ikhlas di maknai sebagai perbuatan yg dilakukan semata-mata karena Allah; semata-mata hanya mengharap ridlo Allah SWT. Jadi tidak atau bahkan tidak boleh dikatakan, hanya dilakukan atau dilakoni saja. Ada ungkapan yang menggambarkan ikhlas itu dengan bagus, yakni tidak boleh sama sekali tersentuh dengan lidah atau tidak boleh terucapkan.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Dengan makna seperti itu, ikhlas menjadi unik. Begitu dikatakan “saya ikhlas’ maka maknanya menjadi hilang. Bahkan sesungguhnya, karena memang lebih banyak bertumpu pada hati, begitu dikatakan maka orang mungkin sudah terjebak dalam apa yg disebut penyakit hati, yg mengakibatkan munculnya sikap yang aneh-aneh. Bisa terjebak ‘ujub (bangga) dengan segala macam atribut dan akseoris yang melekat pada diri sendiri; lalu pamer dan takjub dengan diri sendiri.

Pakaian atau asseoris mungkin memang bagus dan mewah tetapi kelihatan aneh, karena waktu atau tempat tidak sesuai dan riya selalu mengunggulkan atau memuji diri sendiri; ‘sayalah yg berjasa’, atau ‘kalau bukan saya, maka (kamu, dia, situasi) tidak akan begitu’); pokoknya orang lain itu tidak ada, yang ada hanyalah dirinya; padahal mana ada pekerjaan yg bisa dilakukan sendirian. Ujub dan riya menurut Sa’id Hawwa dalam bukunya Tazkiyatun Nafs, mengeksplorasi pikiran, Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumudin, adalah salah dua dari sejumlah penyakit hati; di antaranya tidak pandai bersyukur, munafiq tidak konsiten, meyimpang, mengada-ada, sombong, pelit dan seterusnya.

Apa yang disebut penyakit hati itu, ketika dibicarakan, memang bisa di pilah-pilah, diurai sendiri-sendiri tetapi sesungguhnya dempet, melekat satu sama lain. Di balik ujub, ada riya, ada sombong, ada dengki, pelit, serakah dan seterusnya. Di balik riya ada ujub, dengki, serakah, dan seterusnya. Di ujungnya adalah menipu, bahkan diri sendiri. Kalau ada yang satu, yang lain juga hampir pasti ada.

Kalau mengacu ke al Qur’an, surah al Baqarah ayat 10-20, (lekat pada kelompok orang yg disebut munafiq, yang mempunyai daya rusak sangat besar di muka bumi) penyakit hati itu mempunyai kecendrungan bertambah terus menerus. Penyakit hati itu seperti merambat, semakin lama semakin meluas dan membesar, memenuhi hati, pikiran dan pada akhirnya jiwa.

Baca juga :

Page 1 of 2
12Next
Tags: definisi ikhlasikhlas
Previous Post

Kultur Takfir

Next Post

Perempuan dalam Jejaring Terorisme : Pergeseran dari Simpatisan Menjadi Martir

Helmi Ali Yafie

Helmi Ali Yafie

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Perempuan Dalam Jejaring Terorisme : Pergeseran Dari Simpatisan Menjadi Martir

Perempuan dalam Jejaring Terorisme : Pergeseran dari Simpatisan Menjadi Martir

Perspektif Islam Tentang Nkri, Pancasila, Dan Kebhinekaan (bagian Terakhir)

Perspektif Islam Tentang NKRI, Pancasila, dan Kebhinekaan (Bagian Terakhir)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    299 shares
    Share 120 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.