Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta berpendapat bahwa negara-negara di dunia ini perlu berguru terhadap Indonesia, karena Indonesia adalah yang pertama kali berhasil menciptakan dan menjalankan konsep soft approach dalam penanggulangan terorisme. Konsep ini sebenarnya mengadopsi contoh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam konsistensi melakukan perbuatan baik, walaupun terhadap orang yang zalim.
Pada kesempatan itu, Prof Nasaruddin mengapresiasi tinggi kegiatan Sarasehan Dai-Daiyah Sulawesi Selatan, yang digelar BNPT di Makassar, Kamis (20/7/2023) lalu. Menurutnya, langkah memaksimalkan peran dai dan daiyah adalah salah satu cara terbaik dalam melawan penyebaran radikalisme yang mengatasmakan agama.
“Saya ucapkan selamat kepada BNPT mampu menghimpun dan mengumpulkan penguasa-penguasa mimbar di Sulawesi Selatan ini. Saya senang karena materi dan peserta kegiatan ini sangat luar biasa. Ini orang pintarnya Sulawesi Selatan berkumpul di sini. Ini prestasi tersendiri bagi BNPT,” ujar Prof Nasaruddin.
Ia berharap, di tempat lain juga BNPT bisa menciptakan kegiatan dengan merangkul para dai dan daiyah. Menurutnya sangat penting memberikan informasi-informasi pencegahan radikalisme dan terorisme kepada para dai dan daiyah.
“Semoga ke depan BNPT terus menemukan cara terbaik untuk menyelamatkan warga bangsa dan umat dari berbagai macam aspek-aspek negatif daripada radikalisme dan terorisme.
Prof. Nasaruddin berpesan agar BNPT bisa tetap konsisten dalam menjaga iklim bernegara yang inklusif dan toleran. Kondisi yang aman dan damai tentunya tidak lepas dari peneguhan Pancasila dan UUD 1945 sebagai jati diri bangsa. Ini merupakan tugas BNPT sebagai salah satu kepanjangan tangan Pemerintah dalam menjaga kedaulatan Indonesia.
“Kita berharap BNPT bisa menciptakan kondisi aman dan damai seperti yang sekarang ini di seluruh Indonesia. Kita juga berharap semoga BNPT semakin maju dalam menemukan cara yang terbaik untuk menyelamatkan Indonesia dari berbagai efek negatif radikalisme dan terorisme,” pungkas Prof. Nasaruddin Umar.