Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
merasa paling baik

merasa paling baik

Inspirasi Surat Fatir Ayat 8 tentang Larangan Merasa Paling Baik

Moh. Afif Sholeh, M.Ag by Moh. Afif Sholeh, M.Ag
08/12/2021
in Kajian
20 0
0
20
SHARES
405
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Tafsir Surat Fatir: 8

Menurut Syeh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsirnya yang berjudul at-Tafsir al-Munir mengutip pendapat sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Abbas yang menjelaskan tentang Asbab Nuzul ayat ini bahwa Nabi Muhammad  Saw berdoa sebagai berikut:

اللهم أعزّ دينَكَ بِعُمر بن الخَطابِ، أَوْ بِأَبي جَهْلٍ بن هِشَام

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

Ya Allah, berilah kemulian agamamu melalui Umar bin Khattab atau melalui Abi Jahal bin Hisyam.

Lantas doa yang dikabulkan oleh Allah dengan diberikannya hidayah kepada Umar bin Khatab dan Abu Jahal mendapatkan kesesatan atas yang ia lakukan. Dari kisah ini turunlah ayat ini.

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa orang-orang non muslim maupun orang yang dzalim telah melakukan kejahatan maupun kemaksiatan namun mereka merasa telah berbuat amal kebaikan.

Sedangkan menurut imam Ibnu al-Jizzi dalam at-Tashil li Ulum at-Tanzil menjelaskan bahwa orang yang menghiasi diri dengan amal perbuatan yang jelek maka Allah telah menyesatkan kepada dirinya dan orang yang tak menghiasi diri dengan perbuatan yang buruk maka Allah telah menuntunnya kepada jalan kebenaran.

Dari penjelasan ayat ini, Nabi diberikan ketenangan oleh Allah agar tak merasa bersalah dan tak terlihat susah saat kaumnya ada yang tak mau beriman karena hidayah maupun inayah datangnya dari Allah.

Pendapat Ulama’ tentang Larangan Merasa Benar

Imam as-Sullami dalam Tabaqat as-Shufiyyah mengutip penjelasan Syeh Muhammad bin Abi al-Ward tentang ayat diatas ditujukan kepada orang yang merasa baik padahal amal perbuatannya buruk.

Sedangkan menurut Izzudin bin Abdussalam dalam kitab Bayan Ahwal an-Nas Yaum al-Qiyamah menjelaskan bahwa kebanyakan manusia akan merugi dan sedikit sekali orang yang mendapatkan keberuntungan di dunia akhirat kecuali orang-orang yang memiliki beberapa kriteria. Pertama, memiliki iman yang kuat. Kedua, beramal kebaikan (shaleh). Ketiga, selalu berwasiat dalam kebenaran dan kebaikan. Keempat, selalu berwasiat untuk selalu sabar dalam menghadapi apapun.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa seorang muslim dilarang membanggakan (ujub) akan amal perbuatan yang telah ia lakukan karena akan menghancurkan amal tersebut terutama fenomena saat ini banyak ahli maksiat merasa ibadahnya paling hebat begitu juga betapa banyak orang yang merasa dekat dengan Tuhannya tapi hakikatnya malah sangat jauh dari-Nya. Dari sini pentingnya interopeksi diri agar tak merasa paling baik dan yang paling benar.

Kebiasaan kurang terpuji ini sebaiknya segera dijauhi karena akan mendatangkan keburukan terhadap dirinya dan orang lain.

Abu Abdurrahman As-Sulami dalam Tabaqat as-Sufiyah mengutip perkataan Mahfudh bin Mahmud (w. 303 H) yang berbunyi,

مَنْ أَبْصَرَ مَحَاسِنَ نَفْسِهِ اُبْتُلِيَ بِمَسَاوئ النَاسِ وَمَنْ رَأَىْ عَيْبَ نَفْسِهِ سَلِمَ مِنْ رُؤْيَةِ مَسَاوِئ النَاسِ

Barangsiapa yang mengetahui kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya maka ia akan diuji dengan mengetahui keburukan orang lain. Barangsiapa melihat kekurangan atau aib dirinya maka ia akan terhindar dari keburukan orang lain.

Menurut Imam Zarruq yang dikutip oleh Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa prasangka yang kurang baik timbul dari hati yang buruk bukan dari Tuhannya atau dari orang sekitarnya.

Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali memberikan nasehat yang inspiratif saat hati mulai berpersangka buruk kepada orang lain, hal tersebut berasal dari bisikan syaitan maka sebaiknya tak usah diikuti.

Page 2 of 2
Prev12
Tags: fatir 8merasa paling baiktafsir fatir 8
Previous Post

Muktamar Kiai Muda Akan diselenggarakan 13-15 Desember

Next Post

Kesuksesan Muhammadiyah yang Perlu Ditiru oleh NU

Moh. Afif Sholeh, M.Ag

Moh. Afif Sholeh, M.Ag

Seorang penggiat literasi dan penikmat kopi

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
kampanye anti intoleransi
Kajian

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

21/04/2024
Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah
Kajian

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

30/05/2023
Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)

02/02/2023
Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Next Post
Kesuksesan Muhammadiyah yang Perlu Ditiru oleh NU

Kesuksesan Muhammadiyah yang Perlu Ditiru oleh NU

thumbnail bulletin jumat

Bulletin Jum'at Al-Wasathy | Edisi 014

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.