Perbuatan jahat seperti mengganggu umat Islam dan lainnya, bukanlah tipologi Muslim Sejati yang disabdakan Nabi di atas. Aksi-aksi gangguan terhadap Muslim maupun Non-Muslim dalam bungkusan kata “Jihad”, sudah sangatlah sesat.
Satu lagi yang perlu diperhatikan adalah tafsir Q.S. al-Fath: 29, “…asyiddāʾu ʿala al-kuffār” (keras terhadap orang-orang kafir). Banyak dan sudah salah kaprah jika Muslim memaknai ayat ini sebagai dalil permusuhan dengan Non-Muslim. Padahal, yang tahu makna “…asyiddāʾu ʿala al-kuffār…” hanyalah Nabi SAW.
Menyambung pendapat Habib Jindan sebelumnya, penulis sepakat bahwa realitas terbaru Muslim sekarang yakni kemasan luarnya Jihad, tetapi dalamnya jahat. Jihad versi Nabi SAW. adalah jalan dakwah yang santun. Bentuk cacian, menebar hoaks, provokasi, atau perbuatan mengganggu manusia lain merupakan jalan setan.
Jika kita menerapkan jihad versi Nabi dalam kehidupan sekarang, yaitu dengan meneladani kesabaran dan perbuatan baiknya. Untuk itulah, kita jangan mudah terprovokasi dan mudah menelan mentah kabar yang belum tentu itu benar. Mudah mengambil keputusan, tetapi tidak berpikir secara matang.
Ada sebuah advice dari Habib Jindan yang patut kita renungkan berikut ini:
“Kita hidup di dunia ini ironis di antara dua hal. Ada orang yang mengganggu dan diganggu. Jikalau kita memang terkena salah satunya, kita lebih baik diganggu, daripada mengganggu. Lebih baik dimusuhi, jangan memusuhi, Lebih baik dicaci maki dan dihina, daripada mencaci maki dan menghina.”
Wallahu a’lam…