Washington DC – Tujuh orang mahasiswa Indonesia berkunjung ke kantor Voice of Amerika Indonesia di Washington DC. Selasa, 21/11. Kunjungan diawali dengan tour VoA yang dipandu oleh Mas Ari dan kemudian diterima di ruangan divisi Indonesia oleh Bapak Helmi Johannes yang merupakan news ancor legendaris di stasiun TV Swasta pada tahun 2000 an, membincang dan sharing banyak hal.
Program pengayaan (enrichmant) selama di Washington DC ini mengunjungi beberapa tempat dan terlibat dalam berbagai aktifitas komunitas Muslim. Mulai dari kunjungan ke markas Pentagon, Madrasah dan juga IMAAM Center yang merupakan masjid hibah warga Indonesia, kunjungan ke Georgetown University, kemudian juga kunjungan dan diskusi ke International Institute of Islamic Thoght (IIIT), audiensi dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington DC, dan yang terakhir adalah kunjungan di Voice of America divisi Indonesia.
Disamping itu untuk mempelajari dakwah Muslim minoritas di Amerika, keterlibatan dengan komunitas muslim (Civic Enggagement) yang ada juga diperkuat, seperti mengikuti pengajian al-Ikhlas dengan memainkan rebana dan membawakan beberapa lantunan sholawat, mengikuti beberapa kursus dan berbagai aktifitas sosial di All Dulles Area Muslim Society (ADAMS) Center, serta terlibat dalam beberapa kegiatan komunitas yang konsen kepada para Mu’allaf yakni Community Faith Support Organization (COMFASION) di area Virginia.
Kafilah Pertama
Kelompok pertama yang dikirim terdiri dari 5 mahasiswa master dan dua diantaranya adalah program doktoral. Mahasiswa Master menjalani shortcourse mereka selama 3 bulan sedangkan mahasiswa doktoral akan tinggal selama 6 bulan. Kelompok ini menjadi kelompok pertama yang sampai ke United States dari program Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI) ini, dan gelombang kedua direncanakan akan datang pada bulan Januari tahun depan.
Mereka dikirim ke Amerika disamping karena ingin memperdalam materi riset yang sedang dikerjakan juga diharapkan bisa belajar banyak dari praktek keragaman yang ada di United States. Hartford International University (HIU) yang lebih masyhur dengan Hartford Seminary menjadi kampus tujuan disamping karena mempunyai concern khusus pada kajian interreligious studies, juga mempunyai sejarah kedekatan yang panjang dengan para scholar di Indonesia khususnya dalam bidang interfaith.
Kampus HIU ini dikenal luas oleh para sarjana di Indonesia yang concern dalam Interfaith Studies. Pada sekitar 1996 Prof. Alwi Shihab tercatat pernah mengajar di HIU dan bahkan menjabat sebagai Dewan Pengawas kampus, kemudian setelah itu silih berganti para sarjana Indonesia datang, baik belajar maupun menjadi pengajar disana.
Kafilah pertama ini mempunyai konsentrasi penelitian yang beragam, setiap orang mendapat advisor masing-masing dalam memperdalam materi research yang sedang mereka kerjakan. Para advisor diharapkan bisa menjadi teman diskusi yang memperluas perspektif serta memberikan sudut pandang berbeda serat analisa yang tajam. Fokus kajian research mereka mulai dari kajian ecofeminis berbasis al-Qur’an, gender equality dalam perspektif teks suci dan juga kajian metodologis berkaitan dengan Maqasid al-Qur’an (pilar-pilar dalam al-Qur’an) dan kaitannya dengan Interreligious Relation.
Profiling PKU-MI
Pendidikan Kader Ulama-Masjid Istiqlal (PKU-MI) adalah program keulamaan yang diinisiasi oleh setidaknya tiga instansi, antara Badan Pengelola Masjid Istiqlal dibawah divisi Bidang Pendidikan dan Pelatihan yang bekerja sama dengan Universitas PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Lebak Bulus Jakarta, dan juga Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI.
Tokoh penting dibalik Program PKU-MI ini adalah Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. yang merupakan tokoh cendekiawan Muslim Indonesia yang mempunyai visi serta wawasan keulamaan global. Beliau disamping menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, juga menjadi Rektor dari Universitas PTIQ Jakarta yang kemudian menjadi inisiator atas lahirnya program Pendidikan Kader Ulama ini. Beliau juga tercatat pernah menjadi Visiting Scholar di Sopia University Tokyo pada 2001, di SOAS University of London pada 2001-2002 dan di Georgetown University pada rentang waktu 2003-2004.
Program Pendidikan Kader Ulama-Masjid Istiqlal ini mempunyai visi untuk menjadi Ulama Global (Being a Global Ulama), dengan tagline-nya “Moderat-Mendunia”. Menyiapkan para calon Ulama yang diharapkan mempunyai wawasan global serta perspektif yang lebih komprehensif. Para calon Ulama yang mampu berperan aktif tidak hanya ditingkat lokal akan tetapi juga diharapkan mampu berkontribusi ditingkat global.
Pendidikan Kader Ulama-Masjid Istiqlal sendiri menempuh pendidikan gelar akademiknya dari Universitas PTIQ Jakarta, baik tingkat Master maupun Doktoral. Sedangkan Pendidikan Keulamaan diselenggarakan oleh Masjid Istiqlal. Program ini disupport penuh beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia yang ada pada program targeted. Program ini mulai efektif semenjak Februari 2022.
Pada tahun kedua atau di semester 4, terdapat program “shortcourse to be a global ulama”. Para peserta dikirim ke berbagai negara untuk memperdalam materi penelitian dan juga memperkaya perspektif keulamaan mereka. Sebagian ada yang dikirim ke Al-Azhar University di Cairo, sebagian lagi ada yang pergi ke Al-Qarawiyyin University Maroko dan ada yang memilih untuk ke Hartford International University (HIU) di Connecticut, US.