Di era digital ini, banyak orang ketika menjumpai persoalan yang terkait dengan permasalahan keislaman, baik menyangkut teologi maupun syariah, mereka mencari jawabannya lewat internet. Karena alasan lebih praktis, simpel dan mudah. Tinggal mengetik masalahnya di google, jawabannya langsung muncul seketika itu juga. Yang paling menarik diperhatikan adalah barisan teratas dari website dan channel youtube yang muncul adalah milik kelompok wahabi-salafi.
Menurut M. Ali Chozin, Strategi Dakwah Salafi di Indonesia 2013 dan M. Iqbal, Agama dan Adopsi Media baru 2013, mengindikasikan banyaknya orang yang sudah mengakses media mereka. Sementara Itu, pengakses tidak sadar jika ternyata mereka sudah berada di depan portal yang dapat merusak akidah, merongrong persatuan bahkan memicu faham intoleransi. Infiltrasinya mereka menganggap siapa saja yang berbeda dengan mereka sebagai bahkan halal darahnya (An-Najdi 2020)
Ini bahaya untuk persatuan dan kedamaian negeri. Sehingga penting sekali mengetahui krakteristik dan seluk beluk wahabi-salafi di medsos agar tidak sampai terjebak kedalamnya. Indikasi yang mencolok dari media mereka sebenarnya sangat mudah, nama websitenya sering bawa nama yang berbau sunnah, salafi, dan inisial abu.
Apa saja yang mereka sajikan dalam websitenya, tidak jauh dari umbaran kata sunnah ‘secara berlebihan’ dan gemar menganggap orang syirik. Sibuk mempersoalkan sunnah, mengabaikan yang wajib. Secara radikal mereka menginginkan generasi umat Islam ini, persis seperti pada masa nabi 15 abad lalu. Kalau tidak sesuai dengan keinginan mereka, tidak tanggung-tanggung dituduh keluar dari sunnah, bahkan dikafirkan meskipun saudaranya. Walaupun yang berbeda sekaliber imam Bukhori, mereka anggap kafir.
Doktrin-doktrin salafisme yang banyak beredar di internet, merupakan ideologi yang mereka terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari guru mereka yang berpusat di Timur Tengah, seperti Saudi Arabia. Mereka menyerang orang yang berbeda pandangan dengan pemahaman guru-guru mereka. Terutama kelompok syiah yang mereka anggap sebagai musuh besar.