“Apa ada ajaran agama yang mengajarkan seperti itu, membawa suami, membawa anak-anak untuk menjadi pelaku bom bunuh diri,” ujar alumni Akpol tahun 1988 ini.
Untuk itu Kepala BNPT menekankan kepada para mahasiswa, ada dua upaya yang harus dilakukan para mahasiswa dalam menghadapi ideologi kekerasan ini. Yang pertama mengenal ciri-cirinya atau karakternya, polanya dan juga modus operandinya. Yang kedua adalah memperkuat rasa kebangsaan.
“Memperkuat rasa kebangsaan bagi para generasi muda saat ini adalah dengan menggunakan pengetahuan, seperti rajin membaca. Mudah-mudahan di kampus ini bisa diberikan tentang memperkuat rasa kebangsaan juga sejarah tentang terbentuknya Indonesia, sejarah perjuangan negara kesatuan Republik Indonesia, sejarah Bagaimana membentuk negeri ini, sejarah bagaimana kita pernah merasakan ketika kita tidak bersatu yang kemudian dipecah belah kita dikalahkan dan kita dijajah seperti itu,” ujanrya.
Karena dengan memiliki ilmu pengetahuan menurutnya, para mahasiswa diharapkan akan memahami betul sesungguhnya apa yang diajarkan. Dirinya memberikan contoh, Pemenang Nobel Perdamaian tahun 2014 asal Paksitan, Malala Yousafzai yang mengatakan bahwa, “Dengan senjata kita bisa melawan dan membunuh teroris. Tapi hanya dengan pengetahuan dan dengan pendidikan kita dapat membunuh ideologi terorisme ini”.
Untuk itu Kepala BNPT kembali berpesan kepada para mahasiswa sekalian untuk memanfaatkan masa-masa yang sangat berharga dan bahagia menjadi mahasiswa. Para mahasiswa harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk belajar, menimba ilmu pengetahuan, fokus untuk belajar dengan memahami berbagai macam ideologi yang berkembang dikehidupan sekitar baik yang didengar langsung maupun yang menggunakan sarana media sosial.
“Pahami itu secara betul. Perkuat rasa toleransi, perkuat betul rasa memiliki keberagaman yang ada di Indonesia ini, jaga bangsa ini jaga negeri ini, mari kita tolak kekerasan, kita tolak radikalisme, kita tolak ideologi terorisme ini. Dengan apa ? Dengan semangat belajar, belajar yang tekun,” pungkas mantan Kapolda Sumatera Utara dan Kapolda Jawa Tengah.
Sementara Rektor Unnes, Prof Dr. S. Martono, M.Si. dalam sambutan pembukaan mengatakan bahwa dengan adanya kuliah umum yang disampaikan Kepala BNPT dirinya yakin di kampus Unnes ini akan lahir orang-orang yang anti radikalisme, orang-orang yang anti teroris.
“Kami hanya bisa berharap bahwa dengan kuliah umum ini justru akan menguatkan kita untuk bersatu dalam berbagai perbedaan. Saya berharap para mahasiswa bisa mengikuti dan menyimak dan menanamkan dalam hati saudara apa yang dikatakan oleh Kepala BNPT, karena saudara atau adik-adik mahasiswa ini adalah bagian dari masa depan bangsa Indonesia,” ujar Prof. S, Martono.
Prof martono mengatakan bahwa baik buruknya negara ini ada di pundak mahasiswa dan juga di pundak seluruh civitas akademica. Dirinya mengucapkan banyak terima kasih kepada BNPT yang mau memberikan pencerahan kepada para generasi muda bangsa ini.
“Mari bersama-sama untuk lurus berdasarkan keyakinan kita, berdasarkan langkah kita dan berdasarkan hukum yang berlaku di negara kita. Utamakan toleransi kita tolak radikal dan wujudkan Indonesia yang harmonis itu yang diutamakan,” ujarnya.