Tapi jangan lupa saat kita beribadah untuk Allah, maka semuanya itu kita niatkan ikhlas karena Allah, Dan inilah makna Inna Lillah yang ketiga ( Kita beribadah—semata-mata— karena Allah).
Jadi kepedulian dengan niat yang ikhlas karena Allah, itulah yang membuat amal kita yang berupa kepedulian menjadi berkualitas. Selain itu juga perwujudan kepedulian tersebut sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, bukan melanggarnya.
Karena amal seseorang meskipun dia melakukannya dengan ikhlas tetapi melanggar tuntunan Rasulullah SAW tentu tertolak, begitu pula sebaliknya amal seseorang yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW tapi tidak ikhlas maka tidak diterima. Demikian yang dijelaskan oleh imam Husain bin Mas’ud al-Baghawiy dalam tafsirnya, Ma’alimu at-Tanzil atau yang biasa dikenal dengan nama tafsir al-Baghawi ( saat menjelaskan ayat kedua dari surat al-Mulk yang berbunyi: liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala) dengan mengutip pernyataan seorang ulama, Fudhail bin Iyadh:
وقال فضيل بن عياض “أحسن عملاً” أخلصه وأصوبه. وقال: العمل لا يقبل حتى يكون خالصاً صواباً، الخالص: إذا كان لله، والصواب: إذا كان على السنة
“Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “ ahsanu ‘amala itu ikhlas dan benar. Dan Beliau berkata kembali: “Amal tidak diterima sampai dilakukan dengan ikhlas dan benar. Dan ikhlas itu semata-mata karena Allah, sementara benar itu bila sesuai tuntunan Rasulullah SAW (Sunnah-nya).”
Mengakhiri renungan, saya kutipkan salah satu hikam dari Imam Athoillah as-Sakandariy terkait keikhlasan:
اَلْأَعْمَالُ صُوَرٌ قَائِمَةٌ، وَأَرْوَاحُـهَا وُجُوْدُ سِرِّ اْلإِخْلاَصِ فِيهَا
“Amal-amal itu hanya bentuk-bentuk yang tampil (secara zahir) adapun ruhnya adalah adanya sir ikhlas (cahaya ikhlas) pada amal tersebut.”
اللهم ارزقني قلبا سليما تقيا مخلصا صادقا….امين
“Allahummar zuqniy Qolban saliyman Taqiyyan Mukhlishon Shodiqon, Ya Allah berikanlah padaku hati yang salim, yang taqwa, ikhlas dan tulus.” Amiin.
Wallahu a’lam.