Ia menilai pemerintah kedepannya harus bisa lebih tegas dan tajam dalam hal melarang ideologi yang bertentangan dengan Pancasila di negeri ini.
“Negara harus memiliki kekuatan untuk memayungi dengan aturan-aturan atau negara harus berani untuk mengatakan tidak terhadap ideologi-ideologi yang mencoba untuk merong rong Pancasila,” ujar Syauqillah.
Memperingati hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni, dirinya menyebut setidaknya ada dua hal yang bisa direfleksikan oleh segenap anak bangsa guna memperkuat komitmen untuk menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan mendorong terciptanya masyarakat yang harmonis, inklusif, dan berkeadilan.
“Pertama, kita harus jadi bangsa yang bersyukur atas nikmat kemerdekaan, persatuan, bangsa yang bersyukur bisa menjalankan ibadah dengan tenang di Indonesia ini sesuai dengan keyakinan masing-masing. Jadilah bangsa yang bersyukur dan menghargai apa yang sudah dilakukan oleh founding fathers kita,” ungkapnya.
Kedua, lanjut Syauqillah, menghormati orang-orang tua yang terdahulu. Menurutnya itu yang harus dilakukan, yakni dengan menghargai jasa para pendahulu, orang-orang tua dan bersyukur atas apa yang kita miliki, apa yang kita nikmati di Indonesia hari ini.
Untuk itu, Penulis Buku Ketahanan Keluarga, Paradoks Radikalisme Dalam Keluarga Indonesia ini berharap pemerintah, lembaga dan badan bersama tokoh agama perlu bekerja sama dalam hal pengarusutamaan kompatibilitas Pancasila dan ajaran agama.
“Bersama-sama kita diberikan dorongan dan dukungan ke tokoh-tokoh agama untuk terus berbicara. Karena kita tahu komponen agama di negara ini sangat vital sekali sejak kemerdekaan. Tetapi ini bukan hanya problem sektoral atau menjadi masalah-masalah sektoral, tapi ini menjadi problem bersama. Semua harus digelorakan,” tutup Syauqillah.