“Indonesia ini bukan negara agama, tetapi negara kebangsaan yang berasal dari semua komponen yang ada baik apapun agamanya, suku atau etnasinya dan seabagainya. Itu sudah merupakan keputusan founding fathers kita termasuk dari kalangan Nahdlatul Ulama,” kata Kyai Said.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2011 ini mengaku heran kenapa di beberapa kantor BUMN ada yang berpemahaman radikal. Bahkan yang lebih mengherankan, ada khotib-khotib di BUMN yang khutbahnya malah menyerang pemerintah.
“Saya pernah dengar sendiri, di Pertamina, shalat Jumat di Pertamina khatibnya itu namanya Situmorang, dia itu malah menghantam pemerintah, menganggap pemerintah itu thogut, dan sebagainya. Selama tidak menegakkan hukum Islam maka negara thogut, pemerintah thogut dan harus kita perangi. Itu khutbahnya di BUMN lho, tapi dia anti pemerintah, Saya pernah dengar sendiri, ngeri sekali,” tuturnya.
Selain itu, Kyai Said mengungkapkan tidak hanya di BUMN, keluarga TNI-Polri seperti ibu atau anak-anaknya banyak yang sudah terkontaminasi dengan paham radikal ini. Baik melalui pengajian, melalui majelis taklim, atau salah mengundang penceramah yang radikal, dari yang tadinya toleran menjadi radikal.
“Beberapa tahun lalu saya pernah ceramah di Polda Metro Jaya. Disitu saya ceramah dan menyebut nama Abu Bakar Ba’asyir Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, saya turun lalu ada Kombes datang ke saya mengatakan kepada saya ‘Kenapa bapak mencaci Abu Bakar Ba’asyir, anak saya sekolah disana (Ngruki)’. Artinya apa ? Di setiap lembaga atau instansi sudah terkontaminasi radikalisme,” ucap Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta ini.
Untuk itu Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) meminta kepada seluruh instansi BUMN untuk terus berperan untuk mengawasi dan benar-benar selektif dalam menerima pegawainya.
“Ya harus benar-benar selektif dalam menerima pegawainya, kemudian setelah masuk tentunya harus ada juga pembinaan tidak hanya cukup dilakukan cuma sekali tapi harus terus-menerus,” jelasnya.
Kyai Said juga berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama umat Islam bahwa radikalisme terorisme itu bertentangan agama Islam. Tidak dibenarkan dalam agama Islam.
“Seperti yang saya katakana tadi, Nabi Muhammad berkata ‘fa lā ‘udwāna illā ‘aladh-dhālimīn’, tidak boleh ada permusuhan kecuali kepada yang mereka melanggar hukum. Tidak boleh ada permusuhan dikarenakan beda agama, beda suku, beda partai, beda aliran, tidak boleh,” katanya mengakhiri.