Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
khilafatul muslimin

Khilafatul Muslimin dan Halusinasi Kebangkitan Khilafah

Khilafatul Muslimin dan Halusinasi Kebangkitan Khilafah

Willy Vebriandy by Willy Vebriandy
29/06/2022
in Kajian, Populer, Tajuk Utama
8 1
0
9
SHARES
174
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

***

Selain itu, membawa cerita Turki Usmani untuk mengglorifikasi ambisi mengenai Khilafah merupakan sesuatu yang konyol. Turki Usmani memang resmi bubar pada 1924 setelah melalui serangkaian proses politik panjang dimana Mustafa Kemal Attaturk menjadi tokoh sentral dalam dinamika tersebut. 2024 nanti jelas menjadi peringatan 100 tahun dari keruntuhan Turki Usmani.

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Namun, mengutip kejayaan Turki Usmani hanya untuk memperkuat argumentasi tentang Khilafah adalah juga kekeliruan fatal bila tidak melihat sebab mengapa Usmani bisa runtuh dan dinamika apa yang terjadi setelah keruntuhannya. Menurut Ahmed T. Kuru dalam Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan (2021), sebab kemunduran Usmani salah satu faktornya adalah karena para Sultan Usmani di abad 17 tidak menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang sebagai fokus kebijakan negara.

Para elite Usmani terlalu sibuk mengurusi militer hingga lupa untuk mengembangkan pengetahuan, budaya, seni, dan sejenisnya. Padahal, hal itulah yang sebenarnya membuat Turki Usmani menjadi maju. Kondisi inilah yang menjadi prakondisi keruntuhan Turki Usmani di tahun 1924 kelak, di samping faktor korupsi, degradasi moral, dan misi organisasi para elite pemerintahan yang membuat Turki Utsmani bubar.

Setelah Turki Usmani bubar, di Timur Tengah yang notabene adalah daerah yang menjadi tempat bagaimana Usmani berdiri dan berkembang, justru umat Islam di sana terpecah menjadi beberapa kelompok dalam merespon keruntuhan Utsmani.

Setidaknya ada tiga kelompok yang muncul pasca Usmani runtuh, yakni kelompok nasionalis-sosialis-sekuler yang diwakili oleh Partai Baath di Suriah, kelompok nasionalis-sekuler-modernis yang dicontohkan dengan Republik Turki modern pimpinan Mustafa Kemal Ataturk, dan kelompok Islamis model Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Ketiga kelompok di atas menurut KH. Yahya Cholil Staquf dalam PBNU: Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (2020), muncul sebagai respon atas keruntuhan Turki Usmani. Ketiganya sama-sama memiliki visi untuk membuat tatanan baru setelah tatanan yang lama runtuh. Yang membedakan mereka hanya dari sisi ideologi yang menjadi pondasi perjuangan. Tapi secara visi ketiganya sama.

Kondisi ini menyiratkan bahwa di Timur Tengah sendiri terdapat keragaman gagasan yang tidak tunggal dalam konteks menciptakan peradaban baru. Artinya klaim bahwa umat Islam seakan-akan pro terhadap pembentukan Khilafah sebenarnya tidak berdasar.

Faktanya di Indonesia dan Timur Tengah tidak semua pihak setuju dengan Khilafah. Berkaca pada realitas yang demikian, seharusnya kita sadar bahwa yang terpenting dari pembangunan suatu peradaban adalah bagaimana membangun pondasi peradaban itu terlebih dahulu yang berupa ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian. Setelah ini terbentuk, membangun peradaban model apapun akan mudah dilakukan.

Para pengasong Khilafah macam HTI dan Khilafatul Muslimin tidak melihat kenyataan di atas. Mereka sibuk koar-koar membawa nama Turki Usmani dan berbagai Kekhalifahan Islam lain seakan-akan membentuk Khilafah adalah pekerjaan mudah.

Kalau memang HTI dan Khilafatul Muslimin serius ingin membangkitkan Khilafah Islamiyah, harusnya mereka fokus pada pembangunan kualitas umat Islam itu sendiri. Bukan justru sibuk berteriak-teriak demokrasi haram, Pancasila thaghut, atau nasionalisme tidak ada dalilnya. Kalau hanya itu yang dilakukan, sampai kapanpun Khilafah Islamiyah hanya akan menjadi halusinasi di siang bolong.

Baca Juga: Khilafatul Muslimin Sama Bahayanya Dengan HTI, NII, Bahkan ISIS

Page 2 of 2
Prev12
Tags: abdul qadir barajagerakan khilafahhtiIdeologi KhilafahkhilafahKhilafah IslamiyahKhilafatul Muslimin
Previous Post

Hindari Takfiri, Dakwahlah dengan Hikmah

Next Post

Menegaskan Kembali Peran dan Tanggung Jawab Seorang Pendidik

Willy Vebriandy

Willy Vebriandy

Penulis Lepas, Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Beralamat di Jl. Ampel No 19 Papringan, Sleman. DIY

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Next Post
pendidik

Menegaskan Kembali Peran dan Tanggung Jawab Seorang Pendidik

Dr Moch Syarif Hidayatullah

Mimbar Agama, Ideologisasi, Agitasi, dan Polisasi, Ini Kata Ketua Umum ADDI

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.