Ia berkata:
“Wahai puteraku naiklah keperahu bersamaku, dan janganlah kamu termasuk orang yang kafir” harapannya yang mendalam.
Kan’an menurut para Ulama’
Menurut imam As Syaukani bahwa Kan’an adalah termasuk orang munafik, yang dikira beriman oleh Nabi Nuh.
Sedangkan Imam Fakhruddin Arrazi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kedekatan nasab tidak ada pengaruh apa pun, kecuali ada kedekatan atau kesamaan dalam Agamanya.
Ujian hidup para Nabi memang sangat berat, serta membutuhkan kesabaran yang luar biasa, Nabi Nuh pun tak mampu mengajak istri dan anaknya untuk beriman, padahal ia seorang yang dekat dengan Tuhannya.
Hal ini sebagai gambaran bahwa ujian terbesar adalah urusan keluarga, seperti dalam Surat At Taghabun, Ayat 14:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (14
Artinya:
Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kesimpulan Kisah Ini
Dari kisah diatas bisa diambil kesimpulan bahwa:
- Kesombongan membawa kesengsaraan seperti yang dilakukan oleh Kan’an mengira tempat yang bisa menyelamatkan dari banjir adalah ke puncak gunung.
- Durhaka kepada orang tua akan membawa bahaya dan petaka.
- Orang yang mencari perlindungan kepada selain Allah akan mengalami kerugian dan kesengsaraan.