Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Melawan Ekstremisme Dengan Sufisme

Melawan Ekstremisme Dengan Sufisme

Melawan Ekstremisme dengan Sufisme

Roland Gunawan by Roland Gunawan
24/02/2021
in Kolom, Tajuk Utama
18 0
0
17
SHARES
347
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Sufisme: Ruang yang Selalu Terbuka

Keraguan kaum sekuler bisa dipandang benar dalam salah satu fase sejarah modern, karena zawiyah-zawiyah sufi terkadang memang membentuk semacam isolasi dari berbagai fenomena di sekitarnya, yang kerap dimanfaatkan sebagai ‘obat bius’ dan ‘pengalihan perhatian’ oleh penguasa kolonial dan penguasa otoriter. Tetapi warisan sufisme kini sangat dibutuhkan setelah tingkat buta huruf menurun dan ekstremisme agama meningkat di seluruh dunia.

Baca juga: Benarkah Demokrasi Bertentangan dengan Islam?Ini Penjelasannya (2)

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Warisan sufisme bisa diandalkan untuk membantu umat Muslim memasuki ruang-ruang spiritualitas modern. Sufisme, terutama dalam aspek kemanusiaannya yang lintas agama, sekte, ras dan budaya, seperti yang tercermin dalam ucapan, tulisan dan kehidupan al-Hallaj, Jalaluddin al-Rumi, Rabi’ah al-Adawiyah, Ibn Arabi, Abu Yazid al-Bustami, dan lain-lain, adalah kontribusi terpenting dari para sufi muslim kepada umat manusia.

Sufisme, sebagaimana kita saksikan dalam kilasan sejarahnya yang panjang secara menyeluruh, adalah ruang spiritualitas yang senantiasa terbuka, moderat dan berpihak kepada kebenaran, perdamaian, dan cinta kasih yang terepresentasikan dalam penerimaannya terhadap yang lain serta kemampuannya untuk membuka dialog dan membangun jembatan pemahaman dan harmoni di antara umat manusia.

Berbeda dengan anggapan kaum sekuler, sufisme bukan hanya tren religius atau filosofis yang terisolasi dari konteks masyarakat, tetapi lebih merupakan khazanah nilai dan moral. Para sufi berusaha berinteraksi dengan yang lain dengan spirit kemanusiaan untuk menyebarkan perdamaian dan integrasi antar peradaban, kemudian dengan spirit religius untuk menyampaikan risalah Islam dalam menyerukan koeksistensi dan penolakan ekstremisme dan kekerasan.

Dengan spirit itu, sufisme berhasil menjalin komunikasi dengan peradaban Barat. Sufisme tidak memandang Barat sebagai musuh atau wilayah perang, tetapi sebagai ranah untuk mengambil banyak manfaat dari kualifikasi dan kapabilitas peradaban dan keilmuannya, sembari terus berupaya membenahi kekurangan dirinya, dengan berfokus pada aspek spiritual. Ini merupakan wujud dari dialog yang positif dan produktif.

Ada banyak sekali mazhab sufi di dunia Islam yang terkait dengan lingkungan lokal dan kekhasan zaman di mana sufi hidup. Kita sering menemukan perbedaan dalam ritual dan doktrin sufisme, antara satu sufi dengan sufi yang lain, dan antara satu lingkungan dengan lingkungan yang lain, hingga ke tingkat di mana sufisme dinisbatkan kapada negeri tertentu, seperti “sufisme Persia”, atau “sufisme Nusantara”, dan seterusnya.

Kita juga menemukan sufisme dinisbatkan kepada bidang pengetahuan atau budaya tertentu, sufisme falsafi, sufisme Sunni, sufisme tarekat, dan lainnya. Hal ini menunjukkan adanya “sesuatu yang tetap” yaitu sufisme Islam, yang mengiringi “perubahan” yaitu lingkungan tempatnya bernafas, baik lingkungan geografis maupun intelektual. Konsep sufisme berubah-ubah sesuai pengalaman saliknya dalam waktu dan tempat. 

Di berbagai belahan dunia kita menemukan banyak orang memeluk Islam melalui gerbang sufisme. Mereka terpengaruh kekhasan hidup para sufi yang membawa nilai-nilai moderasi, toleransi, penerimaan perbedaan, serta penolakan ekstremisme dan kekerasan, yang berkontribusi pada penguatan dan pendalaman pengalaman spiritual, dan juga transformasinya dari lokal ke global, sebagai globalisasi spiritual yang sesuai dengan semangat zaman.

Page 2 of 2
Prev12
Tags: ekstrimlawan ekstremismeperan sufisufisme
Previous Post

Kenapa Manusia Tak Dijadikan Kaya Semua? Ini Penjelasannya

Next Post

Bagaimana Perkembangan Islamisme di Indonesia Saat Ini?

Roland Gunawan

Roland Gunawan

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Bagaimana Perkembangan Islamisme Di Indonesia Saat Ini?

Bagaimana Perkembangan Islamisme di Indonesia Saat Ini?

Percepatan Revolusi Industri 4.0 Di Masa Pandemi Covid-19

Percepatan Revolusi Industri 4.0 di Masa Pandemi COVID-19

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.