Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
Mengembalikan Peran Dan Marwah Habib Di Nusantara (1)

Mengembalikan Peran Dan Marwah Habib Di Nusantara (1)

Mengembalikan Peran dan Marwah Habib di Nusantara (1)

Khoirul Anwar Afa by Khoirul Anwar Afa
16/11/2020
in Kajian
12 1
0
13
SHARES
260
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Sehingga tidak heran jika Hadrami (Habib, Sayyid, dll.) di Indonesia juga dijadikan sebagai sumber fatwa yang otoritatif di bidang agama, dan sekaligus sebagai sumber petunjuk untuk kehidupan sosial kemasyarakatan.

(Burhanuddin, 1999).

Peranan Habib atau keturunan Nabi Muhammad Saw di Nusantara ini di satu sisi membawa semangat masyarakat atas keyakinan bahwa hadirnya mereka merupakan suatu keberkahan. Namun lagi-lagi, di balik itu juga terdapat dampak lain sehingga terjadi perdebatan sengit antara sesama masyarakat Nusantara, demi merebutkan otoritas kewibawaan terhadap para Sayyid. Ini menarik untuk dikaji, tentang asal-usul otoritas para Habib di Nusantara itu? Karena semula kedatangan mereka merupakan migrasi untuk mencari keuntungan ekonomi.

Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu kita diskusikan sejarah hadirnya Habib di Nusantara. Van den Berg mengidentifikasi bahwa baru mulai abad 19 para Hadrami (untuk menyebut para keturunan Nabi atau bukan yang datang dari Yaman) mulai ramai migrasi ke Indonesia, meskipun tidak dipungkiri, bahkan sebelum proses Islamisasi berlangsung sudah ada sebagian yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi di Nusantara (Berg, 1989). Bahkan secara strata, van Der Kroef dan De Jonge mendata jika mayoritas yang datang ke Indonesia memang dari kelompok Hadrami masākin/miskin (van Der Kroef, 1953, De Jonge, 1993). 

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

Keturunan Nabi Muhammad Saw memiliki gelar yang berbeda-beda. Di Mesir mereka disebut dengan Syarif. Di luar negara Hijaz, mereka dipanggil Sayyid. Sementara di Indonesia diberi gelar Habib (jamaknya habaib). Rasulullah SAW tidak meninggalkan putra lelaki, sehingga garis keturunan Nabi Muhammad melalui jalur anak perempuan, yaitu Fatimah al-Zahra yang mempunyai dua orang putra dari perkawinan dengan Ali bin Abi Talib, Hasan dan Husein (Hamka, 1974).

Di abad itu juga, masyarakat Betawi memposisikan para semua Hadrami sebagai orang yang memiliki kedudukan sosial tinggi. Bahkan gelar “Habib” atau “Habaib” yang disematkan kepada mereka menunjukkan sebagai orang-orang suci keturunan Nabi. Karena, sebagaimana dituliskan oleh Kroef, bahwa mayoritas masyarakat Indonesia yang tidak terdidik menganggap semua orang Arab memiliki aura suci karena kemungkinan keturunan Nabi (van Der Kroef, 1953).

Sehingga tidak heran jika Hadrami di Indonesia juga dijadikan sebagai sumber fatwa yang otoritatif di bidang agama, dan sekaligus sebagai sumber petunjuk untuk kehidupan sosial kemasyarakatan (Burhanuddin, 1999). Mereka juga berperan sebagai pemimpin upacara keagamaan bahkan mediator konflik (Riddell, 2001). Bukti ini bisa dikatakan sebagai peran ganda, karena hadirnya Habib semula sebagai pedagang kemudian menjadi pendakwah yang memiliki peranan otoritas keagamaan.

Page 1 of 2
12Next
Tags: DzurriyahHabibHadramautHadramiislamisasi nusantaraNusantaraSayyidSyarifSyarifah
Previous Post

Wajah Toleransi di Sekolah | Bulletin Islamina Vol.1 No.8

Next Post

Mengembalikan Peran dan Marwah Habib di Nusantara (2)

Khoirul Anwar Afa

Khoirul Anwar Afa

Penulis adalah Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
kampanye anti intoleransi
Kajian

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

21/04/2024
Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah
Kajian

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

30/05/2023
Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)

02/02/2023
Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Next Post
Mengembalikan Peran Dan Marwah Habib Di Nusantara (2)

Mengembalikan Peran dan Marwah Habib di Nusantara (2)

Perkembangan Hadits Di Nusantara Abad 17-18

Perkembangan Hadits di Nusantara Abad 17-18

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.