Sejarah Hadirnya Hadrami
Dari berbagai sumber yang mendiskusikan tentang Hadrami mengakui bahwa baru di abad 19 kedatangan mereka membentuk suatu corak tersendiri. Data ini penting diangkat untuk melihat proses historis dan kultural masyarakat Hadrami yang berkembang di Nusantara sehingga seperti saat ini. Bagaimanapun dampak eksistensi mereka saat ini mengingatkan kita atas orang-orang Cina perantauan, yang bisa meraup kesuksesan di bidang ekonomi di beberapa belahan dunia seperti yang kita lihat.
Begitu juga Hadrami. Kedatangan mereka secara bertahap mulai dari tahun 1860 sampai pada tahun 1930 menurut catatan Belanda terdapat sekitar 71.335 orang Hadrami di Indonesia (Berg, 1989). Ada dua faktor yang menjadi pendorong utama migrasi para Hadrami tersebut. Pertama, karena dibukanya jalur terusan Suez (1869) yang memudahkan orang-orang Arab ke Nusantara. Kedua, krisis politik di Yaman akibat perang antara keluarga al-Qu’athy dan Al-‘Abdallah al-Khatiri sepanjang abad 19. Dari dampak konflik ini membuat Yaman mengalami kesulitan ekonomi (Boxberger, 1951).
Secara umum, Cristian Lekon memberikan catatan bahwa pada tahun 1930 kebutuhan hidup Negara Yaman sangat bergantung pada impor dari luar negeri. Harta yang dimiliki Yaman pada saat itu hanya cukup untuk memenuhi seperempat dari penduduk yang masih berada di Negara itu. Padahal perlu diketahui pada saat itu pula sudah terdapat 20 sampai 30 persen orang-orang Yaman migrasi ke belahan dunia (Lekon, 1997).
Sehingga faktor mencari peruntungan dalam bidang ekonomi ini yang memungkinkan besar hadirnya orang-orang Hadramaut ke Indonesia. Karena pasar Indonesia sangat strategis, sekaligus sudah banyak para pendahulu mereka yang sudah berhasil menetap di Nusantara. Dari permulaan ini, sangat menarik untuk menggambarkan terjadinya pergeseran dari semula pedagang menjadi pemilik otoritas keagamaan.
Bersambung.