Di dalam Al-Qur’an, kata rabbani digunakan dalam konteks menyebut orang alim dari pemuka agama tertentu yang mengabdikan dirinya kepada Allah. Misalnya disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 79,
“Jadilah kamu sebagai pengabdi-pengabdi Allah karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya.”
Dalam Hadits, redaksi takun rabbaniyyan juga sangat populer dikenal meskipun status Haditsnya masih pro-kontra. Hanya saja, redaksi tersebut dimuat dalam Hadits yang dianggap sebagai Hadits Qudsi itu bermakna “Menjadi hamba yang pengabdi kepada Allah.”
Adapun teks lengkapnya, “Hamba-Ku yang taat kepada-Ku, sehingga menjadi pengabdi kepada-Ku, maka apa yang diucapkan, “Kun Fayakun.” Terlepas dari benar dan tidaknya Hadits tersebut, tetapi menunjukkan bahwa makna rabbani tidak bisa jauh dari definisi di atas.
Diskursus tentang makna rabbani banyak disinggung dalam kitab-kitab akhlak, dan tafsir, khususnya ketika mufasir memberikan ulasan dari surah Ali Imran ayat 79 dengan beragam rujukan, termasuk perkataan sahabat Ibnu Abbas yang sering dimuat untuk mencari ulasan lebih luas terkait makna itu.