Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Karena Kepentingan, Masjid Pun Direbut Orang

Karena Kepentingan, Masjid Pun Direbut Orang

Mengkaji Teologi Transformatif

Hatim Gazali by Hatim Gazali
05/04/2021
in Kolom, Tajuk Utama
11 0
0
11
SHARES
222
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – Sampai saat ini Islam tampil dengan dua wajah. Pada satu sisi, Islam mengajarkan solidaritas, keadilan, pembebasan. Hadir dengan ramah, santun dan humanis. Pada sisi lain, Islam hadir dengan angkuh, intoleran, dan menjadi legitimasi terhadap penindasan dan eksploitasi baik yang dilakukan oleh negara ataupun oleh para agamawan.

Hal ini disebabkan karena nilai-nilai universal seperti keadilan, persamaan tidak pernah dipahami oleh pemeluknya. Seorang muslim ataupun agamawan lebih cenderung membahas dan mengkaji persoalan-persoalan ketuhanan dan masalah furuiyah. Islam menjadi agama Tuhan, dan melupakan aspek universalitas (baca: kemanusiaan) dari Islam.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Baca juga: Apa Benar Al-Qur’an Menyeru Untuk Jadi Teroris?


Disamping itu, ada penyebab eksternal yang mempengaruhi pemeluk agama, sehingga aspek esensial dari agama terabadikan. Diantaranya, belum adanya rumusan yang jelas antara agama dan negara (kekuasaan), sehingga agama seringkali dijadikan alat kekuasaan atau sebaliknya, yakni negara dijadikan alat misionaris oleh agama. Jika demikian, maka baik agama maupun negara akan kehilangan fungsinya.

Agama tidak lagi menjadi media pembebasan dan negarapun hanya memunculkan ketidakadilan. Bahkan, jika keduanya bekerjasama (dalam arti negatif), maka ketidakadilan yang maha dashyat adalam imbalannya.


Maka pertanyaan yang sangat mendasar adalah benarkah agama lahir sebagai media pembebasan, membela hak-hak rakyat yang tertindas (al-mustadhafiyn) ?. Ataukah agama lahir hanya sekedar pelarian manusia dari ketidaksanggupannya memahami dan merespon gejala alam yang berada diluar dugaan manusia ?.

Tidakkah agama hanya menjadikan manusia sebagai budak-budak Tuhan yang menghilangkan jiwa solidaritas dan tanggungjawab sosial ? Dan, agama seperti apakah yang mampu mengakomodasi dan menjawab persoalan manusia?


Untuk menjawab pertanyaan diatas, perlu kiranya menengok bagaimana sejarah awal Islam serta konsep-konsep dalam Islam mengenai hal tersebut. Islam lahir ditengah komunitas masyarakat Arab yang sangat eksploitatif, piramidal dan patologis. Islam lahir untuk mengubah sistem sosial tersebut menjadi masyarakat yang berdimensi keadilan, persamaan, saling menghargai, pembebasan.

Secara doktrinal, Al-Qur’an menyebutkan bahwa keadilan adalah sendi utama dalam masyarakat (QS. 7:29, 5:8), membela hak-hak rakyat bawah (QS. 4:75). Dan, ternyata kehadiran Islam di muka bumi cukup efektif dan berhasil mengubah tatanan sosial Arab yang eksploitatif.

Baca juga: Islam Melarang Terorisme, Apapun Alasannya


Namun, dalam perkembangan selanjutnya, Islam sudah tidak seampuh zaman Muhammad. Sebab, Islam pasca-Muhammad sudah mengalami stagnasi dan masuk dalam persoalan politik (rezimentasi). Munculnya pelbagai aliran-aliran dalam Islam seperti Khawarij, Mutazilah, Jabariyah, Qadariyah dan sebagainya telah membawa Islam pada dunia yang sama sekali berbeda dengan masa rasul.

Yakni suatu zaman dimana Islam mulai memasuki wilyah politik. Karena itulah, politisasi terhadap Islam seringakali terjadi. Islam menjadi legitimasi ketidakdilan, pembunuhan dan kekuasaan.


Tanpa mengecualikan dampak positif, perpecahan baik secara politis maupun teologis membawa ekses negatif yang sangat besar. Jargon ikhtilafu ummati rahmatun (perbedaan diantara umatku adalah rahmat) seringkali dijadikan legitimasi perbedaan tanpa pernah berfikir betapa banyak nyawa yang melayang dan harta hilang sebagai akibat dari munculnya perbedaan itu.

Page 1 of 2
12Next
Tags: Teologiteologi transformatiftransformatif
Previous Post

Islam Melarang Terorisme, Apapun Alasannya

Next Post

Melumpuhkan Teroris Berlebihan? Catatan untuk Munarman dan Refly Harun tentang Penyerangan Mabes Polri

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Melumpuhkan Teroris Berlebihan? Catatan Untuk Munarman Dan Refly Harun Tentang Penyerangan Mabes Polri

Melumpuhkan Teroris Berlebihan? Catatan untuk Munarman dan Refly Harun tentang Penyerangan Mabes Polri

Infiltrasi Wahabisme Di Indonesia | Bulletin Islamina Vol. 2 No. 13

Infiltrasi Wahabisme di Indonesia | Bulletin Islamina Vol. 2 No. 13

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.