Jumat, Oktober 10, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
Menyelami Nilai-nilai Sufisme Di Era Krisis Nilai

Menyelami Nilai-nilai Sufisme Di Era Krisis Nilai

Menyelami Nilai-nilai Sufisme di Era Krisis Nilai

Dr. Suaib Taher by Dr. Suaib Taher
12/06/2020
in Kajian
16 1
0
16
SHARES
319
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Dalam diri setiap orang terdapat penyakit hati seperti dengki, iri hati, putus asa, cemburu, angkuh, dan rakus yang sulit dihilangkan kecuali melalui berbagai latihan-latihan. Memperbanyak zikir, ibadah sunnah, zuhud, dan latihan melawan hawa nafsu merupakan pelbagai cara untuk menjaga keseimbangan kekuatan itu dalam diri setiap orang. Menurut pandangan sufisme bahwa penyakit ini hanya dapat dihilangkan melalui praktik-praktik tasawuf yang merupakan  solusi utama dalam mengontrol kegiatan bathiniyah dan ruhaniyah.

Di era, Rasulullah Saw dan para sahabatnya perilaku sufi sudah bisa dicalak meskipun belum menjadi pembahasan dan term tersendiri  karena pola dan perilaku hidup  beragama sepenuhnya masih bertumpuh pada praktik hidup Rasulullah Saw sebagai uswatun hasanah. Namun, bukan berarti pelaksanaan pola hidup sufisme tidak ada di masa nabi. Justru Nabi dan sahabat-sahabatnya sebenarnya telah menjalankan praktik sufisme ini seperti Abu Zar Algaffarin (W32) Salman Alfarisi(W33H),  dan Albarra bin Malik (W20H) dan para tabiin seperti Ibrahim bin Adham (W 161H), Ma’ruf Alkurhi (W200H), Rabiah Al Adawaiyah (W185H),  Daud bin Nasser (W165H) dan Fudael bin Iyad (W189), mereka itu lebih dikenal sebagai orang-orang  menjalankan zuhud,ridha dan tawakal.

BacaJuga

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Di Madinah dan Mekkah sejak ekspansi Islam ke jazirah Arab, para sahabat cenderung menekuni hidup zuhud dan menghindari hiruk pikuk politik dan  membentuk pengajian-pengajian zuhud, wara, mahaba yang dibimbing oleh sahabat-sahabat nabi itu. Pola dan praktek ini kemudian menjadi cikal bakal di kemudian hari sebaga intisari ajaran dan laku sufisme.

Sebenarnya apabila ditelaah lebih jauh, sikap sufisme tersebut diinspirasi dari ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bagaimana sebaiknya manusia menghadapi kehidupan di dunia yang fana ini yang sarat dengan kepalsuan dan sandiwara dan bagaimana gambaran perih di akhirat bagi mereka yang mengejar duniawi dan mengikuti hawa nafsunya. Dalam al-Qur’an, misalnya, bisa dilacak dalam beberapa ayat seperti QS Al Imran ayat 14, QS Alhadid ayat 20, QS Annaziat Ayat 39-41 dan QS Alqiyamah ayat 22. Ayat-ayat ini kemudian menjadi landasan yuridis bagi pengikut sufisme atas originalitas ajaran tasauf dalam Islam.

Pengertian Tasawuf

Menurut Al Imam Aljunaedi (298H) tasawuf adalah  “meninggalkan berbagai bentuk akhlak yang hina dan menjalankan segala bentuk akhlaq yang terpuji. Sementara Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya Syarhu Madarijul Salikin menjelaskan bahwa tasawuf adalah sebuah pengetahuan yang didasarkan pada gerakan iradah/kehendak yang menjadi pusat kendali gerakan hati. Ia juga menyebutnya sebagai ilmu bathiniyah.

Adapun Maruf Alkurhi (Wafat 200H) menjelaskan bahwa tasawuf adalah mengambil hakekat dan  mengabaikan apa yang ada pada manusia. Pengertian Al-Kurhi mengandung dua sisi. Pertama, merujuk kepada karakteristik hakekat ma’rifah dalam sufisme yaitu bagaimana mengetahui hahekat sesuatu dan esensinya dan tidak terbatas pada tampak zhahirnya saja. Kedua; merujuk pada posisi zuhud itu sendiri, yaitu bagaimana meninggalkan apa yang menjadi ambisi manusia seperti harta,  kekayaan dan kedudukan.

Pandangan Alkurhi sejalan dengan pandangan Zunnun Al-Misry, seorang sufi dari Mesir (W245H) yang mengatakan bahwa sufi ialah jika berbicara maka pembicaraannya menjelaskan tentang hakekat. Dan jika ia diam maka diamnya memutus seluruh anggota tubuhnya dari hal-hal yang merusak.

Baca juga :

  • Pandangan Islam Tentang (Umat) Agama Lain – Perspektif Normatif
  • Kisah Kelam Kekerasan dan Teror dalam Sejarah Agama Samawi

Senadan dengan itu, Amru bin Osman Almakki (W291) mengatakan bahwa tasawuf adalah kesibukan seorang hamba setiap waktu yang paling utama. Sementara Ahmad Al-Jariri (W304) mengatakan bahwa tasawuf adalah kontrol terhadap kondisi diri dan konsistensi terhadap adab-adab. Dan bagi Abu Bakr Assibly (W247) tasawuf adalah bagaimana mengontrol indra dan memperhatikan setiap nafas.

Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa tasawuf pada intinya adalah sebuah jalan yang mengutamakan kebersihan jiwa dan hati dari berbagai hal-hal keduniaan yang sering kali menjadi sumber malapetaka untuk menuju hakekat manusia itu sendiri dan Tuhannya. Pengertian-pengertian ini juga lebih dipopulerkan oleh pengagum-pengagum sufisme yang muncul pada abad-abad kedua hijriyah di mana tasawuf sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat muslim kala itu.

Menurut Abu A’la Alafifi dalam bukunya Attasauf Tsauratl Ruhiyaton fil Islam menuturkan bahwa pada periode Basrah tasawuf mengalami  proses baru yang cenderung  larut dalam peribadatan dan pensucian diri melalui berbagai latihan dan cara menuju pensucian jiwa termasuk mengamati penyakit-penyakit yang bersemayang dalam diri seseorang kemudian menganalisanya dan mengobatinya. Pada periode ini, tasawuf menitikberatkan pada perilaku akhlak dan nilai-nilai ibadah yang menjadi kebutuhan bathin yang dalam.

Kedudukan Tasawuf dalam Islam

Terdapat silang pendapat di antara para ulama mengenai asal-usul tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran-ajaran asing seperti Nasrani, Hindu dan filsafat neo platonisme. Pandangan ini karena melihat karakteristik tasawuf dan pola serta metoda yang digunakan memiliki kemiripan dengan praktik-praktik yang ada di beberapa agama  khususnya konsep ar-ruhbaniyah dalam agama Nasrani, Hindu dan Budha yang fokus beribadah dan melayani agamanya  untuk mencapai sebuah posisi  dalam struktur agama itu.

Page 1 of 2
12Next
Tags: kedudukan tasawuf dalam islampengertian tasawufpraktek tasawuf nabisejarah tasawuf
Previous Post

Pelajaran Agama Islam, Untuk Apa?

Next Post

Islam dan Kesalehan Sosial yang jarang Diketahui

Dr. Suaib Taher

Dr. Suaib Taher

RelatedPosts

gerakan gen z
Kajian

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring
Kajian

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
kampanye anti intoleransi
Kajian

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

21/04/2024
Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah
Kajian

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

30/05/2023
Next Post
Beragama Dengan Santun, Bukan Dengan Kekerasan

Islam dan Kesalehan Sosial yang jarang Diketahui

3 Varian Masker Hijab Yang Unik Buat Kamu

3 Varian Masker Hijab Yang Unik Buat Kamu

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

gerakan gen z

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

09/09/2025
hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    328 shares
    Share 131 Tweet 82
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    311 shares
    Share 124 Tweet 78
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    268 shares
    Share 107 Tweet 67
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    258 shares
    Share 103 Tweet 65
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.