Sementara mereka yang berpendapat bahwa tasauf bersumber dari ajaran-ajaran neo platonisme karena menilai konsep tasauf seperti wihdatul wujud dan alhulul memiliki kemiripan dengan filsafat new platonisme. Filsafat ini mengimani bahwa alam nyata yang beraneka ragam berasalah dari alam idea yang satu dan tidak terbilang.
Apapun tanggapan orang-orang yang tidak setuju jika tasawuf dikatakan bersumber dari ajaran Islam, namun perlu diketahui bahwa tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran dan hadist nabi yang menyinggung tentang pentingnya manusia menyikapi kehidupan dunia secara tidak berlebihan dan meyakini bahwa kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat sebagaimana dalam ayat-ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, para ulama yang memiliki kecenderungan sufisme fokus mengulas ayat-ayat itu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya sehingga tasawuf membentuk sebuah ilmu dalam Islam yang diminati oleh banyak kalangan dan mempelajarinya merupakan sebuah tuntutan demi kebahagian dunia dan akhirat.
Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulummudin membagi ilmu ke dalam empat bagian pertama; al-ushul; yaitu alquran, hadis dan ijma sahabat ; kedua: alfuru yaitu ilmu yang diporeleh dari alushul seperti fiqih, ibadah dan urf; ketiga: al-muqaddimah, yaitu ilmu yang terkait dengan bahasa dan yang keempat: Al-mutammimat yaitu ilmu yang dapat membantu memahami makna-makna lafaz, penafsiran, nasih mansuhk dan jarah watadil.
Menurut Imam Ghazali bahwa antara ilmu fiqih dan tasawuf memiliki hubungan yang sangat erat. Fikih mengatur tentang perbuatan manusia sementara tasawuf mengatur jiwa dan hati manusia. Keduanya harus bersinergi karena hati dan jiwa yang baik akan berpengaruh kepada perilaku dan tindakan manusia itu. Karena itu Al-Ghazali menilai bahwa ilmu fikih adalah ilmu yang terkait dengan keduniaan sementara ilmu tasauf terkait dengan ukhrawi.
Sebagai suatu ilmu yang menitik beratkan pada perilaku bathin dan jiwa serta sifat-sifat yang terpuji, tasawuf menjadi unsur penting dalam pembentukan diri dan karakter manusia. Karena itu, disadari atau tidak disadari, tasawuf dapat mempersatukan semua elemen-elemen masyarakat apakah dia itu fuqoha, muhaddisin, mufassirin dan para filsof semuanya tidak bisa melepaskan diri dari nilai-nilai sufisme seperti saling mencintai antara sesama, ikhlas dalam beramal dan selalu tulus dalam mengabdi dan beribadah.
Oleh karena itu, tasawuf memiliki kedudukan penting dalam Islam. Dengan ajaran dan praktek tasawuf seorang hamba akan mampu mengontrol segala bentuk hawa nafsu yang dapat merusak seseorang dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Tasawuf sebagai Vaksin Kesehatan Jiwa
Salah satu naluri kemanusiaan yang melekat pada setiap orang adalah keinginan untuk menjadi elit, berkuasa, kaya raya dan popular. Naluri ini akan semakin membara jika dikuasai oleh hawa nafsu yang disebut para sufisme sebagai nafsu syaitaniyah yang mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan di luar batas-batas kemanusian sebagai khalifah di muka bumi.
Tasawuf menitikberatkan penanggulangan berbagai persoalan seperti ini yang sering kali mengekang orientasi seseorang. Zuhud, misalnya, sebagaimana yang dipahami oleh kaum sufisme pahami adalah bagaimana menjadikan dunia itu bukan satu-satunya tujuan, tetapi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki. Karena itu, menjaga jarak dari kehidupan-kehidupan duniawi menjadi sangat penting dalam nilai-nilai pelaksanaan sufisme.
Di tengah-tengah situasi saat ini yang begitu sarat dengan berbagai cobaan seperti pandemi covid-19 yang belum dapat diperkirakan kapan akan berakhir sejatinya menjadi momentum untuk mensucikan diri dari berbagai hiruk pikuk keduniaan dan menata diri untuk kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Saat ini dunia sedang mengalami krisis dalam berbagai dimensi. Salah satu yang paling pokok adalah krisis nilai.
Manusia modern kehilangan arah karena hanya bertumpu pada kejaran pandangan materialisme belaka. Pengetahuan pun hanya bertumpu pada pandangan yang empirik dan positivistik. Ketika pandangan profan ini dihadapkan dengan berbagai tragedi seperti musibah covid-19 yang mengglobal, manusia tidak hanya stress mencari vaksin untuk kesehatan fisik tetapi juga vaksi kesehatan mental dan jiwa.
Krisis nilai mudah ditemukan dengan berkecambah perilaku yang frustasi menghadap hiruk pikuk kehidupan. Sementara mereka yang berada di atas sudah tidak lagi menemukan arah ketika serba materi telah terpenuhi. Frustasi dan kebosanan meruntuhkan nilai-nilai sebagai manusia.
Perilaku sufi yang mengarah pada batiniyah mengajak manusia kembali merenungi diri sebagai khalifah di muka bumi. Tasawuf mengembalikan eksistensi manusia yang sudah larut dalam kubangan kehidupan dan melupakan cahaya ilahi yang tersimpan dalam batin yang menjadi pedoman dan tongkat dalam menghadapi kehidupan ini.
Wallahu a’lam bisshawab