Syekh Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad-Damasyqi (Ibnu Katsir) menafsirkan ayat di atas bahwa yang disebut orang-orang yang bersungguh-sungguh yaitu Nabi Muhammad SAW, para sahabat-sabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai datangnya hari kiamat. Yang mana Allah memberikan penglihatan zohir maupun bathin kepada orang-orang tersebut untuk selalu bersama Allah melalui syariatnya yang telah tertuang dalam Al-Quran. Sebab syariat tersebut sebagai jalan penerang baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan Habib Abdullah bin Alwi Al-Hadadd merepresentasikan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Allah yaitu orang-orang yang mengerjakan sebaik-baiknya amal shalih. Sebagaimana Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang tentang amal-amal yang utama, maka Rasulullah menajawab, “Seistimewa-istimewanya amal yaitu iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu orang itu bertanya lagi, “Dengan cara apa?” Rasulullah menjawab, “Bersungguh-sungguh di jalan Allah Swt. Kemudian orang itu bertanya lagi, maka Rasulullah menjawab “ yaitu dengan menunaikan haji yang mabrur.”
Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad menafsirkan bersungguh-sungguh di jalan Allah yaitu mereka yang istiqamah di dalam menunaikan agama-Nya secara terus menerus. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad,
أنَّ أحَبَّ الأعْمالِ إلى اللَّهِ أدْوَمُها وإنْ قَلَّ
“Bahwa amal-amal shalih yang paling dicintai Allah yaitu yang dilakukan secara terus-menerus walaupun itu sedikit.”
Untuk itu pencapaian umat muslim setelah Ramadhan yaitu bisa istiqamah atau konsisten terhadap apa-apa yang telah dikerjakan selama Ramadhan. Dengan demikian kita akan distampel Allah sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa
Baca Juga: Idul Fitri dan Pesan Perdamaian untuk Bangsa