Artinya, dari sini kita dapat belajar bahwa kekuatan tidak selamanya dimiliki oleh mereka yang berkuasa maupun kokoh secara fisik. Bahwa sifat lemah lembut dan kasih sayang juga merupakan sebuah kekuatan besar yang dimiliki perempuan. Bisa dikatakan bahwa kasus radikalisme ini hadir dari kurangnya rasa kasih sayang dan lemahnya pendidikan orang tua khususnya ibu kepada anaknya. Sehingga, mereka yang belum mendapatkan pemahaman nilai-nilai agama, sosial, budaya dan bangsa yang utuh, gampang sekali terpengaruh dengan pola pikir radikal yang merebak di tengah-tengah masyarakat.
Dari sini pula, kita bisa melihat bahwa ibu adalah manusia yang dapat membentuk intelektual seorang anak. Bahkan Napoleon (1804-1815M) secara tegas menyatakan “Aku adalah ciptaan ibuku”. Sementara seorang bapak nanti yang membentuk karakter anak tersebut. Maka, ajarilah mereka dengan konsep pengajaran yang baik, tanamkan nilai-nilai agama, sosial, budaya dan kebangsaan. Agar si anak dapat tumbuh mandiri dengan sistem pendidikan dan kebudayaan yang baik dan tidak dapat terpengaruh dengan paham yang menyimpang.
Terakhir, perlu bagi kita tentunya untuk merenungi hal ini sebagai seorang perempuan, apakah kita sudah pantas dan cukup baik mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama, sosial, budaya dan kebangsaan kepada anak-anak kita di lingkungan keluarga demi membentengi dirinya dari paham-paham menyimpang di luar sana. Maka, jangan pernah sekali-pun mengabaikan Pendidikan dalam keluarga karena ini berefek besar terhadap masa depan anak dan generasi penerus bangsa ini.
Wallahu’alam