Di tengah tantangan baru seperti era New Normal ini butuh pergeseran dan paradigma baru dalam dakwah. Gerakan dakwah harus selalu relevan dan compatible dari segi metode dan subtansi dengan tantangan yang ada.
Dakwah dapat dipahami sebagai gerakan pembinaan masyarakat yang dilakukan dalam rangka amar makruf dan nahi munkar bagi terwujudnya kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Ia merupakan proses komunikasi agama (khitabuddiniy) dalam kaitannya dengan perubahan sosial. Oleh itu, ia berlangsung secara berkesinambungan dan tidak terputus dengan perubahan generasi atau situasi dan keadaan.
Tantangan dakwah di era new normal (kenormalan baru) kini mengharuskan umat Islam bangkit untuk menyikapi paradigma baru yang dapat memberi peluang terhadap gerakan dakwah masa kini untuk meneruskan perjuangannya memasyarakatkan nilai-nilai universal Islam yang diperlukan dalam membangun sebuah sistim dunia baru.
Walaupun dunia kini semakin gencar menaruh tuduhan negatif (Islamophobia) terhadap agama Islam dan umatnya, tetapi kita sebagai umat Islam yang peduli, terutama ulama, pemikir dan sarjana perlu menyadari bahwa tanpa perjuangan (jihad) yang sungguh-sungguh dengan menggunakan senjata zaman moderen (sains dan teknologi), umat Islam akan hanyut, larut dan semakin terpuruk dihadapan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Dengan dasar pemikiran seperti inilah, saya sarankan agar penampilan umat Islam perlu dirubah, stigma kemunduran perlu dihentikan dengan membangun langkah-langkah progresif ke depan dan berusaha menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi bersama- dengan mereka umat lainnya untuk membangun dunia ini sebagai khalifa dan imarah yang telah dipikulkan oleh Allah Sang Pencipta alam ini kepada hamba-Nya yang beriman.
Umat Islam mesti sadar, bahwa bangsa lain tidak mungkin dapat merasakan Islam sebagai rahmatan lil-alamin jika umatnya sendiri senantiasa bermusuhan di antara mereka. Keadilan Islam tidak mungkin diterima oleh bangsa lain jika umat Islam sendiri tidak menunjukkan rasa keadilan di antara sesama sendiri. Orang Barat akan sulit menerima konsep keunggulan Islam jika umat Islam sendiri tidak unggul dalam pelbagai aspek kehidupan.
Sudah tiba masanya umat Islam tampil kehadapan memberi semangat baru dalam pembangunan dunia kini. Tidak perlu kita hanya bangga dengan agama dan kawasan yang kita miliki. Tetapi yang penting kita mampu memajukan kawasan kita dengan penuh persaingan dengan bangsa lain yang ingin menguasai sumber alam kita. Umat Islam mesti sadar bahwa perseteruan antra sesama kita tidak akan ada manfaatnya. Malah menciptakan keburukan bagi kita. Harga diri umat Islam kini sangat terpuruk karena konflik antara mereka sendiri yang menguak di mana-mana.
Baca juga :
- Menyelami Nilai-nilai Sufisme di Era Krisis Nilai
- Perspektif Islam Tentang NKRI, Pancasila, Kebhinnekaan
Oleh karena itu, di antara pergeseran paradigma dakwah yang perlu sekarang ini, ialah setiap pelaksana dakwah hendaklah menjauhkan perbincangan kepada perkara yang membawa kepada perpecahan umat Islam. Para pendakwah yang berhadapan langsung dengan masyarakat, tidak perlu lagi mengadakan tarjih terhadap pandangan ulama atau mengukuhkan mazhab fiqih tertentu. Apa yang sudah establish dalam masyarakat Islam tidak perlu di ganggu gugat lagi.
Pengisian dakwah kita perlu diarahkan kepada perkara yang dapat memajukan kehidupan ummah, yang dapat membangunkan intelektual masyarakat Islam. Bahan dakwah perlu difokuskan pada hal-hal yang bersifat motivasi untuk membangkitkan semangat ummah dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para pendakwah perlu peka terhadap keperluan umat Islam dan keperluan pembangunan masa kini, serta mewaspadai pandangan-pandangan yang membawa kepada perpecahan umat.
Dan akhirnya, sebagai pendakwah mari kita renungkan dan fikirkan perkara berikut, semoga kita mendapat ilham untuk mengembangkan pergeseran paradigma baru dalam setiap aktivitas dakwah yang kita jalankan.