Islamina.id – JALALUDDIN RAKHMAT yakin bahwa Gus Dur adalah seorang yang menguasai ilmu laduni — pengetahuan yang didapat seseorang tanpa melalui proses belajar. Bagaimana ia bisa seyakin itu? Ia menopang keyakinannya dengan cerita ketika ia, Gus Dur dan beberapa cendekiawan Islam, berkunjung ke Teheran atas undangan pemerintah Iran, pertengahan 1990an.
Dalam kunjungan itu mereka mendatangi kantor sejumlah petinggi Iran. Pada semua kunjungan itu Gus Dur tertidur setelah beberapa menit percakapan dimulai. Seusai pertemuan, dalam sesi “evaluasi” sekembalinya mereka ke hotel, biasanya ia dan teman-teman mengingatkan Gus Dur agar dalam pertemuan berikutnya tokoh NU itu jangan tertidur. “Ya, ya, ya,” begitu tanggapan Gus Dur selalu.
Ketika mereka menemui Ketua Parlemen, tutur Jalal dalam obrolan ringan di ruang direksi majalah Ummat, ternyata Gus Dur tetap tertidur sebelum acara berakhir.
Di hari terakhir kunjungan, mereka akan menemui Presiden Hashemi Rafsanjani di kantornya. Jalal adalah orang yang paling serius meminta Gus Dur agar ia tak tertidur nanti. “Gus, yang mau kita temui kali ini presiden, lho,” katanya. “Kalau kemarin-kemarin, okelah tidur. Tapi kali ini mohon betul jangan tidur ya, Gus.” Gus Dur menyeringai sambil, “Ya, ya, ya, ya!”
Pagi itu Presiden Rafsanjani menyambut mereka dengan hangat. Percakapan berlangsung santai meski serius. Rafsanjani bercerita macam-macam. Delegasi Indonesia menyimak dengan cara selayaknya tamu seorang presiden. Gus Dur tertidur.
Baca juga: Percikan Pemikiran Tasawuf KH. Hasyim Asy’ari
Tiba saatnya ia harus bicara, seseorang mengguncang lengannya, dan ia terbangun. Lalu, tutur Jalal, Gus Dur menanggapi semua pernyataan Rafsanjani dengan komentar cemerlang dan terinci, dalam bahasa Arab yang fasih. Semua hadirin ternganga — Presiden Rafsanjani mungkin berusaha keras menutupi kekagumannya agar kurang terlihat.