Kemudian ketiga bersifat intoleran eksklusif, tidak bisa menerima keberagaman suku di Indonesia, agama. Bahkan dalam satu agama pun, bila tidak sealiran dengan mereka dianggap kafir yang harus diperangi dan halal darahnya.
“Ini yang berbahaya suka meyalahgunakan narasi agama. Suka membajak agama seolah-olah sedang berjuang atas nama agama. Padahal yang dilakukan justru anti-agama dan tidak sesuai dengan ajaran agama,” tegas Boy Rafli.
Kalau tidak disadari, kalangan terdidik pun bisa terpapar. Kalau tidak waspada, karena dia pakai narasi agama, kemudian bersekutu dengan kekerasan yaitu anti kemanusiaan, boleh membunuh mengajarkan orang untuk jadi bom bunuh diri. Jauh dari jati diri, identitas, dan karakter bangsa Indonesia yang menghormati perbedaan, menjunjung tinggi kebhinekaan.
“Dengan fenomena tugas BNPT menangani masalah dari hulu ke hilir. Beda dengan Densus 88. Kami (BNPT) tidak menangkap, kami bekerja agar orang tidak jadi teroris, agar orang bisa selamat dari virus intoleransi radikal terorisme, agar orang tidak jadi korban,” tuturnya.
Untuk itulah BNPT melakukan Pentahelix yaitu multipihak dari berbagai unsur yaitu pemerintah, akademis, masyarakat, media dan media sosial, dan dunia usaha. Dalam hal ini, IPI mewakili unsur dari masyarakat. Ia pun mengajak semua pihak untuk bersama memerangi agar virus ini tidak bisa berkembang, dan tidak punya tempat untuk tinggal di Indonesia. Apakah di pondok pesantren, dunia pendidkan, kampus, pemerintah, komunitas.
Untuk mencegah penyebaran virus tersebut, BNPT mengajak semua pihak untuk bersama melakukan penguatan wawasan kebangsaan dengan penguatan empat pilar yaitu UUD 45, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Kemudian, revitalisasi nilai-nilai Pncasila sebagai pedoman bangsa dan negara. Berikutnya, adalah penguatan moderasi beragama.
Upaya Ini merupakan salah satu langkah strategis BNPT. Dimana mitra utamanya adalah Kementerian Agama (Kemenag), meski implementasi dengan seluruh bangsa Indonesia. Ia ingin moderasi beragama mengikuti contoh-contoh keteladanan Rasulullah Nabi besar Muhammad SAW saat memimpin umat Muslim hijrah dari Mekah dan berhasil memimpin rakyat Madinah menjadi masyarakat madani.
Menurutnya, dengan moderasi beragama bisa saling menghargai orang lain. Apalagi masing-masing agama memiliki konsep ketuhanan dan amaliah tetapi itu harus tetap saling menghormati seperti yang tertuang dalam Alquran, lakum diinukum wa liyadiin bagimu agamamu bagiku agamaku. Ia yakin kalau ini sudah jadi pegangan bagi mayoritas Islam, akan menjadi kenyamaman bagi saudara kaum minoritas
“Moderasi beragama dengan penampilan Islam wasathiyah harus terus dipromosikan. Tentu BNPT tidak bisa sendiri. Kami melibatkan organsiasi keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, dan beberapa orgaisasasi islam yang jadi mitra kita,”
Kepala BNPT kegiatan seminar nasional ini menjadi sarana edukasi bagi seluruh masyarakat luas untuk melakukan langkah-langkah mitigasi dalam mengatasi penyeberluasan virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Juga sebagai upaya agar semua kita bersatu padu menyatukan pemahaman, mana hal yang baik dan tidak baik, terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kita terima kasih kepada IPI dan seluruh unsur pemerintahan di Kalimantan Barat. Semoga hasil pembicaraan kita hari ini bisa menjadi rujukan bersama agar kita dapat terus membangun semangat kerukunan, semangat persatuan, semangat kegotongroyangan dalam menghadapi berbagai masalah yang kita hadapi,” pungkas Boy Rafli.