Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Tafsir Ayat-ayat Kerukunan Umat Beragama

Tafsir Ayat-ayat Kerukunan Umat Beragama

Tafsir Ayat-ayat Kerukunan Umat Beragama

Ulin Nuha by Ulin Nuha
19/02/2021
in Gagasan, Tajuk Utama
14 1
0
15
SHARES
292
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – Dalam pandangan Kiai Sya’roni, Islam adalah agama rahmat bagi seluruh makhluk hidup, sebagaimana risalah Nabi saw yang tertera pada Q.S. Al-Anbiyā’ [21]: 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

Sehingga Islam harus tampil menyejukkan serta senantiasa mengajak kerukunan. Islam tidak mengajarkan “kekerasan”. Karenanya, ketika muncul kelompok-kelompok di kalangan umat Islam yang selalu memusuhi dan menampakkan kebencian terhadap penganut agama lain, maka dalam pandangan Kiai Sya’roni terdapat ketidaktepatan dalam pemahaman keagamaan mereka.

Terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang memang rentan disalahpahami, seperti firman Allah Q.S. Muḥammad [47]: 4 yang secara tekstual berarti

“maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir, maka pukullah batang leher mereka (bunuhlah).”

Dalam pandangan Kiai Sya’roni, ayat ini, juga beberapa ayat serupa, turun dalam konteks peperangan, sehingga ber-istidlāl (mengambil dalil) ayat ini dengan membunuh non-Muslim dalam kondisi damai tidak dibenarkan.

Dalam memahami ayat-ayat perang dibutuhkan penafsiran yang holistic dengan melibatkan ayat-ayat dan hadis lain. Kiai Sya’roni menyontohkan Q.S. al-Tawbah [9]: 73 yang artinya

“Wahai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

Selain dalam Q.S. al-Tawbah [9]: 73, ayat serupa juga terdapat dalam Q.S. al-Taḥrīm [66]: 9. Ayat ini secara jelas memerintahkan kepada Nabi saw untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik serta bersikap keras kepada mereka. Akan tetapi, pada kenyataannya Nabi saw tidak bisa bersikap keras terhadap mereka, karena memang akhlaknya yang lembut.

Dalam pandangan Kiai Sya’roni, pada dasarnya Nabi saw enggan bermusuhan dan berperang melawan mereka, namun para sahabatnya yang memintanya hingga turunlah ayat izin perang (Q.S. al-Ḥajj [22]: 39). 

Dari 27 peperangan yang diikuti oleh Nabi saw, ia hanya pernah membunuh satu orang dari kalangan kafir, yaitu Ubay ibn Khalaf. Ini terjadi ketika Perang Uḥud, di mana sebelumnya Ubay memang bertekad ingin membunuh Nabi saw, sehingga demi membela dan mempertahankan diri serta adanya perintah dari Allah swt, Nabi saw pun membunuhnya.

Keramahan Nabi Muhammad

Contoh kelembutan dan keramahan Nabi saw adalah ketika peristiwa Fatḥ Makkah (Pembebasan kota Makkah). Ketika itu para sahabat yang mengikuti ghazwah al-fatḥ (perang Fatḥ Makkah) ini telah merencanakan untuk membalas kematian sahabat, saudara ataupun keluarga mereka yang dibunuh oleh orang-orang kafir.

Baca juga: KH. Afifuddin Muhajir, Faqih Ushuli dari Timur

Namun Nabi saw memiliki pemikiran dan sikap berbeda. Sesampainya di Makkah, ketika orang-orang kafir merasa takut dibunuh, justru Nabi saw bersikap lemah lembut. Mereka dikumpulkan di Masjidil Haram terlebih dahulu, lalu justru dilepaskan oleh beliau. Sekiranya mau, Nabi saw dapat membunuh mereka atau menjadikan mereka sebagai tawanan. Namun beliau tidak menginginkan pertumpahan darah. Ia menginginkan perdamaian.

Dari penggalan-penggalan kisah tersebut, Kiai Sya’roni menyimpulkan bahwa Nabi saw memang berperangai lemah lembut dan tidak bisa keras. Jika dalam keadaan perang saja ia masih bersikap lemah lembut, apalagi dalam keadaan damai. Sikap dan akhlak inilah yang menarik non-Muslim untuk masuk Islam, sehingga Allah pun memujinya sebagaimana dalam firman-Nya, Q.S. al-Qalam [68]: 4.

Page 1 of 2
12Next
Tags: ayat kerukunankh.sya'roni ahmadiperdamaianperdamaian duniatafsir ayat
Previous Post

Hukum Shalat Jum’at Online

Next Post

Mengenal Istilah Rabbani

Ulin Nuha

Ulin Nuha

Pengajar di Pesantren Darussunnah, Ciputat, Tangerang Selatan

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Ulama Scaled

Mengenal Istilah Rabbani

Jangan Berlebihan Dalam Menyikapi Isu-isu Islam Dan Komunisme

Islam dan Barat: Dialog, Bukan Konfrontasi (1)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.