Sebelum datang era teknologi dan informasi, para penceramah lazim menyampaikan dakwah dari mimbar ke mimbar, atau lewat berbagai pengajian umum. Baik dalam momentum Maulid Nabi, Isra Mi’raj, ataupun peringatan-peringatan keislaman lainnya yang lazim dilaksanakan di masyarakat. Para penceramah lebih efektif menyampaikan ceramah langsung di depan para jamaah pengajian.
Namun, di era digital dengan segala kecanggihan teknologi mutakhir, para dai bisa menyampaikan dakwah lewat berbagai media elektronik seperti televisi, radio, bahkan lewat sejumlah media sosial ( medsos ).
Saidulkarnain Ishak (2015) menjelaskan, dakwah sambil bermain internet sangat dimungkinkan karena di era reformasi sekarang apa saja dapat dilakukan tanpa tujuan. Di era sekarang, banyak ihwal yang memerlukan perhatian semua pihak. Jadi, banyak topik yang bisa dibahas para penceramah seperti tentang keislaman, kehidupan sosial-masyarakat, dan masalah lain yang sangat relevan dengan kehidupan saat ini.
Dengan berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat, para penceramah bisa mengangkat topik yang ringan sehingga mudah dicerna dan diterima para pemirsa di mana pun berada. Dengan berceramah lewat media sosial, siapa pun bisa menyimak dan memperhatikan materi yang disampaikan.
Dakwah lewat Facebook
Facebook adalah salah satu media sosial yang booming di Indonesia. Hampir semua lapisan masyarakat sudah akrab dengan media sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg tersebut. Dengan jangkauan pengguna yang luas, dai di era digital bisa memanfaatkan Facebook sebagai lahan dakwahnya.
Facebook memiliki fitur yang efektif untuk menyampaikan pesan lewat tulisan panjang. Para penceramah atau dai bisa menuliskan materi ceramah sebebas mungkin lewat status Facebook yang tidak dibatasi karakter. Sepanjang apa pun materi dakwah yang ditulis/diunggah, pengguna Facebook bisa dengan mudah mengakses materi tersebut.
Fitur Live atau Siaran Langsung juga bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan dakwah secara lisan. Fitur ini sangat bermanfaat bagi dai yang tidak terbiasa menulis sehingga, ceramah bisa langsung disampaikan lewat fitur Live. Penceramah cukup duduk di rumah dan dengan bebas menyampaikan ceramah.
Dakwah lewat Twitter
Kalau kamu merasa disepelekan atau dizhalimi padahal sudah berbuat baik, tetaplah terus berbuat baik.
Jangan sampai kamu menyesali perbuatan baik yg sudah kamu lakukan. Rugi dua kali: sudah dikerjain sama mereka, eh gugur pula pahala kebaikanmu. #JumatBerkah
— Nadirsyah Hosen (@na_dirs) March 3, 2022
Twitter juga media sosial yang tak kalah digandrungi masyarakat Indonesia. Tak sedikit tokoh agama yang memiliki akun medsos ini untuk menyampaikan berbagai permasahalan yang terjadi.
Namun, salah satu kelemahan Twitter adalah batasan karakter untung nge-Tweet. Sehingga, siapa pun bisa lebih memanfaatkan karakter terbatas tersebut untuk menyampaikan hal-hal urgen ke para pengguna lainnya. Para dai bisa nge-Tweet materi seringkas mungkin, namun tetap tidak mengurangi makna di balik tulisan ringkas.
Dakwah lewat Youtube
Belakangan ini, para pengguna internet cukup heboh dengan keberhasilan para pengguna Youtube (Youtuber). Konon, dengan “hanya” bermain Youtube, mereka bisa mengantongi puluhan hingga ratusan juta setiap bulan. Uang yang dihasilkan dari adsense Youtube bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, membeli mobil mewah, bahkan untuk membeli rumah. Sebuah pencapaian yang membuat orang lain ngiler dan tertarik untuk memiliki akun Youtube.
Bagaimana dengan penceramah? Efektifkah berdakwah lewat kanal Youtube?
Jika orang lain, dengan berbagai macam profesi, bisa sukses lewat Youtube, para penceramah juga bisa memanfaatkan skill-nya untuk disampaikan di Youtube. Memang, membutuhkan proses panjang untuk mencapai penghasilan dari Youtube. Namun, yang perlu ditanamkan lebih awal adalah niat baik menyampaikan dakwah lewat Youtube.