Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Toleransi Kearifan Lokal dan Politik Rekognisi

Toleransi Kearifan Lokal dan Politik Rekognisi

Toleransi, Kearifan Lokal, dan Politik Rekognisi

Mawardin M. Sidik by Mawardin M. Sidik
09/07/2022
in Peradaban, Tajuk Utama
6 1
0
7
SHARES
130
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Dalam penelitian I Made Purna (2016) bertajuk Kearifan Lokal Masyarakat Desa Mbawa Toleransi Beragama dalam Mewujudkan Toleransi Beragama, mencatat nama-nama anggota masyarakat Mbawa yang menggunakan dua agama seperti nama Yohanes Ibrahim, Anderias Ahmad, Bernadus Abu Bakar Wrg Prote, Petrus Herman Fabianus Tabi, Ignatius Ismail, Matinus Tamrin, Markus Jafar dan lain-lain.

Untuk kaum perempuan, lanjut I Made Purna, akan memakai nama seperti Kristin Siti Hawa, Marta Maemunah, Marta Hadijah, Anastasia Nuraini dan lain-lain. Pada umumnya nama-nama tersebut digunakan oleh pemeluk agama Katolik dan Protestan sebagai bentuk pengejewantahan terhadap sikap toleransi. 

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Bangun Jembatan, Bukan Tembok

Kearifan lokal dapat menjadi acuan bersama untuk mengharmoniskan umat lintas agama. Gairah perjumpaan, penerimaan, dan pertalian antarsesama begitu menggeliat. Dari keadaban lokal itu, masyarakat setempat dengan mudah menautkan keakraban dengan beragam elemen identitas. 

Pendatang akan diterima sepenuh hati melalui percikan nilai kekerabatan itu. Ikatan-ikatan kekerabatan bahkan lebih dari sekadar garis keturunan, tetapi semua orang dilihat dalam spektrum persaudaraan dan kemanusiaan. Dalam tradisi Donggo, pemberian sarung tenun berwarna hitam (tembe me’e) menjadi simbol penghormatan dan penghargaan kepada tamu. 

Dalam konteks inilah, kita dapat mencermati signifikansi dan relevansi Mbawa, sekalipun desa kecil, namun dapat diterapkan dan diadaptasikan untuk menumbuhkan mozaik keberagaman Indonesia. Model kearifan Mbawa sejatinya mengandung intisari falsafah hidup, pandangan dunia, dan etika publik. 

Di masing-masing daerah, tentu memiliki kearifan lokal sebagai kode budaya untuk menjembatani orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Misalnya, tradisi “Okomama” di Nusa Tenggara Timur (NTT), tradisi “Pela Gandong” di Maluku, falsafah “Satu Tungku Tiga Batu” di tanah Papua, dan lainnya.

Meskipun kearifan lokal Mbawa diungkapkan melalui bahasa lokal, namun sesungguhnya nilai-nilai itu dapat menjadi lilin kecil untuk membawa terang bagi dunia, sekaligus memperkaya narasi Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu, negara semestinya menggali nilai-nilai kearifan lokal di sekujur bumi nusantara sebagai “energi alternatif”.  

Kita menaruh harapan kepada para pengambil kebijakan, agar tidak terjebak dalam kebijakan monokultural, melainkan membingkai keberagaman melalui politik rekognisi. Mengutip Anderson (2009), pentingnya penerapan politik pengakuan (politics of recognition) dapat menjadi landasan bagi terciptanya kebersamaan di antara berbagai budaya, kelompok etnis, ras dan agama. Sebab tak adanya pengakuan adalah penindasan (misrecognition is an oppression). 

Sebab itu, kebijakan dan program pemerintah harus mendukung kesetaraan dan proteksi hak-hak beragama yang diterjemahkan ke dalam seperangkat regulasi. Dengan kata lain, agenda negara bukan hanya membangun jembatan toleransi, tetapi juga merobohkan tembok-tembok intoleransi. Kalau masih ada regulasi yang diskriminatif, segera dicabut. Kalau ada, misalnya, RPJMD maupun Perda yang diskriminatif, segera dievaluasi!

Budaya toleran yang tumbuh dari bawah, seyogianya ditopang dengan pendekatan struktural. Utamanya, pemerintah melembagakan kearifan lokal sebagai lokus kebangsaan dan instrumen peneguhan toleransi antaragama. Dus, kearifan lokal Desa Mbawa, bisa dilirik sebagai sumber mata air inspirasi bagaimana menghidupkan jiwa-jiwa toleran, lalu dipaketkan dengan konsep politik rekognisi dalam lanskap kebijakan publik secara nasional.

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Bhinneka Tunggal IkaBima - NTBDesa MbawaDonggoKearifan Lokaltoleransitoleransi beragama
Previous Post

Kitab Al-Mawaris fi Syari’ah al-Islamiyah: Membagi Warisan dengan Adil

Next Post

Kurban dan Nalar Abrahamic Religions

Mawardin M. Sidik

Mawardin M. Sidik

Pengamat Politik dan Terorisme

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
sejarah maulid
Peradaban

Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Nusantara: Dari Wali Songo hingga Tradisi Daerah

25/09/2024
Next Post
Kurban dan Nalar Abrahamic Religions

Kurban dan Nalar Abrahamic Religions

sayyid ahmad zaini dahlan

Jejak Perjuangan Sayyid Zaini Dahlan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.