Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Wayang Sempat Dilarang Akhirnya Disayang

Wayang Sempat Dilarang Akhirnya Disayang

Wayang: Sempat Dilarang, Akhirnya Disayang

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
17/02/2022
in Peradaban, Tajuk Utama
11 1
0
11
SHARES
213
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Kesenian klasik asli Nusantara sudah hampir tidak digemari oleh mayoritas pemuda. Akibat arus globalisasi, perlahan budaya Nusantara akan lenyap. Wayang adalah salah satu kesenian yang sangat tua dan mungkin juga akan ikut punah. 

Sekitar 1500 SM, ditemukan indikasi bahwa wayang telah ada. Hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat Jawa zaman prasejarah melakukan ritual penyembahan kepada arwah leluhur atau nenek -moyang atau kepada Hyang, Tuhan (Poespaningrat, 2005).

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Memang, dahulu Nusantara Pra-Islam penduduknya masih menganut animisme dan dinamisme. Sunarto dalam Seni Gatra Wayang Kulit menuliskan jika munculnya wayang tidak dapat dilepaskan dari pemujaan roh leluhur yang disebut Hyang. Untuk menghormati dan memujanya, salah satunya dengan pertunjukan bayang-bayang. Sampai akhirnya pertunjukan bayang-bayang roh leluhur ini menjadi tradisi pada masyarakat agraris (Sunarto, 1997).

Teori asal-usul wayang pun juga berbeda. Ada yang berpendapat wayang budaya asli Nusantara, ada yang berpendapat wayang dari India. Seperti pendapat Holt, yang menulis bahwa sebelum Walisongo berdakwah dengan media wayang, para pendeta Hindu-Buddha sudah menggunakannya (Holt, 1967). Dan cara ini cukup efektif dalam penyebaran agama Hindu-Buddha.

Masuk dalam periode Islamisasi. Kesenian wayang tak dapat dilepaskan dari peran salah satu Walisongo yaitu Sunan Kalijaga. Ia merekonstruksi pewayangan dalam misi dakwah. Awalnya sempat dilarang karena masih ada nilai non-Islaminya, sampai akhirnya nilai-nilai syariah dan tasawuf dilebur dalam pertunjukan ini.

Wayang diantara Aturan Syariah dan Manuver Kalijaga

Perbedaan ijtihad para Imam Madzhab mengenai tidak diperbolehkannya menggambar atau melukis sosok manusia, sudah cukup memenuhi perdebatan di kalangan Muslim Sunni termasuk Walisongo. 

Kalau dikaji lagi, terdapat beberapa hadits yang dijadikan patokan Ulama Sunni. Misalnya, dalam karya Imam Nawawi, kitab Riyāḍu aṣ-Ṣāliḥīn. Ada satu bab yang membahas tentang larangan menggambarkan hewan pada bagian luar barang, batu, baju, mata uang dirham, dinar, sarung bantal, dan sebagainya (an-Nawawi, 1992) . 

Selain melarang penggambaran tersebut, juga ada larangan memasang di dinding, kain, baju, dan perintah merusak gambar-gambarnya. Walaupun judul bab ini menyebutkan semacam gambar hewan saja, dalam hadits-hadits-nya ada makna pelarangan yang cukup luas (Laki, 2021).

Kemudian Imam Ghazali dalam kitab Iḥyāʾ ʿUlūm ad-Dīn, ada pendapatnya yang bisa kita garisbawahi. Ia berpendapat jika sesuatu hal yang tidak bagus ada dua jenis, yakni makruh dan haram. Lebih lanjutnya, andaikan melihat orang melakukan suatu kemakruhan, lebih baik menginformasikannya saja, jika perbuatannya itu makruh (al-Ghazali, 2005), bukan tindakan menghentikan.

Kembali ke Imam Nawawi. Dalam kitab lain, al-Minhāj fī Syarḥ Ṣaḥīḥ Muslim, ia mengutip hadits riwayat Muslim yang berisi ‘jika malaikat tidak akan memasuki rumah, bilamana di rumah tersebut ada anjing dan patung lalu sampai Rasulullah merobek kain yang bergambarkan kuda bersayap’. An-Nawawi kemudian menjelaskan:

Page 1 of 2
12Next
Tags: Islam NusantaraIslamisasiKesenianNusantaraSultan DemakSunan KalijagaWali SongowalisongoWayang
Previous Post

Memahami Gagasan Gus Dur tentang Etika Sosial (2)

Next Post

Pesantren Teroris: Sebuah Pembajakan Pesantren

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
sejarah maulid
Peradaban

Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Nusantara: Dari Wali Songo hingga Tradisi Daerah

25/09/2024
Next Post
Pesantren Teroris | Bulletin Islamina Vol. 3 No. 21

Pesantren Teroris: Sebuah Pembajakan Pesantren

Melacak Akar Lahirnya Kekerasan Atas Nama Agama

Melacak Akar Lahirnya Kekerasan Atas Nama Agama

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.