“Saat Rasulullah SAW merusak kain tersebut, beliau bersabda: Allah tidak memerintah kita untuk memberi baju kepada batu dan logam. Yang dimaksud adalah larangan kain-kain yang terpasang di dinding dan kain pelapis di rumah yang memiliki ilustrasi makhluk berjiwa, itu makruh dan tidak haram. Hal ini kiranya benar. Syekh Abū Fatḥ Naṣr al-Muqaddasī mengatakan: Itu dilarang, tetapi tidak ada dalam hadits ini apa pun yang mengimplikasikan bahwa hal itu haram, karena sebenarnya yang dikatakan itu: “Allah tidak memerintah kita untuk melakukan ini. Itu berarti ini ghayru wajib dan tidak dianjurkan, tetapi berarti tidak haram juga.”
Sunan Kalijaga dihadapkan dalam sebuah konsep budaya. Jika melihat pendapat an-Nawawi diatas, bisa saja Sunan Kalijaga tidak mengubah bentuk wayang yang menyerupai sosok manusia. Seorang Da’i wajib taat beragama, tetapi juga harus melihat apa adat dan tradisi setempat yang masuk kategori makruh. Bukan diharamkan dan masih diperbolehkan.
Teori inilah yang menguat dikalangan para peneliti, bahwa orang Jawa pada waktu itu memeluk Hindu-Buddha, sangat mudah memahami ajaran-ajaran Islam (Laki, 2021). Walisongo tidak kontradiktif dengan adat, melainkan fokus pada pencapaian aspek rohani.
Sunan Giri sebagai pemimpin majelis Wali, awalnya melarang wayang sebagai media dakwah. Kemudian Sultan Demak pertama mempertimbangkan juga akan kesenian wayang tersebut hingga mencatatkan sembilan poin. Sekarang, wayang masih menawarkan spirit Islam, dengan cerita dan sisi yang berbeda.

Baca Juga: Melacak Keabnormalan dalam Islamisasi Tanah Jawa (2)
Referensi:
al-Ghazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad b. Muḥammad. Iḥyāʾ ʿUlūm ad-Dīn. Beyrut: Dār Ibn Ḥazm. 2005.
an-Nawawī, Muḥyī ad-Dīn abū Zakarīyā Yaḥyā b. Syaraf. Riyādh ash-Shāliḥīn. Bayrūt: al-Maktab al-Islāmī, 1992.
Holt, Claire. Art in Indonesia. Continuities and Change. Ithaca: Cornell University Press, 1967.
Laki, Áron Bence. “Peran Sunan Kalijaga Terhadap Bentuk Wayang Kulit Jawa”. Jurnal Kajian Seni, Vol. 7 No. 2. UGM. 2021.
Poespaningrat, Pranodja. Nonton Wayang dari Berbagai Pakeliran. Yogyakarta: PT. BP KR. 2005.
Sunarto. Seni Gatra Wayang Kulit, Semarang: Dahara Prize. 1997.