“Didalam hadits, Rasul mengatakan, ‘Barangsiapa berpuasa tapi tidak bisa meninggalkan ucapan yang buruk, dan juga tidak bisa meninggalkan perbuatan yang buruk maka tidak ada gunanya dia meninggalkan makan minum’. Karena esensi puasa kan jiwa semakin suci, semakin bertaqwa,”ujar Khariri.
Terlebih saat ini sudah mendekati idul fitri, menurut pria yang juga pengasuh Ponpes Algebra di Ciawi ini mengatakan bahwasanya momen ini juga bisa dimaknai ini sebagai momentum kemenangan diri dalam melawan virus keburukan dalam hati termasuk perilaku radikal intoleran.
Artinya nanti 1 Syawal itu umat kembali ke fitrah dan menang melawan hawa nafsu termasuk mengembalikan fitrah dalam beragama itu harus moderat, serta tidak terjebak dengan cara beragama yang radikal dan fundamental, tapi menjadi umat islam yang moderat.
Terkait moderasi beragama, ia mengatakan bahwa menjadi moderat dalam beragama maka menjadikan seseorang tidak mudah terbawa kearah radikal serta tidak menjadi umat tidak mampu mengendalikan diri.
“Jadi esensi kita untuk beragama harus moderat supaya tidak mudah terbawa kearah radikal, dan kita tidak mampu mengendalikan diri (dan nafsu). Sejatinya beragama ini kan membantu umat, menolong, menjaga dan melindungi. Tapi kalau beragama memunculkan fitnah, kebencian, beragama membuat kita jauh dari rasa empati, lalu dimana fungsi agama ?,” tegas Khariri
Dalam kesempatan yang sama, Khariri membagikan tips agar pasca Ramadan nanti, umat muslim mampu membawa diri untuk terus menjadi pribadi yang fitri serta menjadi pribadi yang menjadi jauh lebih baik hingga Ramadan berikutnya dan seterusnya.
“Tipsnya adalah kita hadirkan Ramadan di bulan lain, sehingga bisa mempertahankan capaian, achievement kita dalam beribadah bisa terus kita pertahankan, termasuk juga kemauan untuk terus berbagi mengisi agama ini dengan wawasan keislaman yang moderat,” pungkasnya.