Bila seseorang mampu mengkombinasikan lisan dan hati untuk fokus berdzikir maka ia akan mendapatkan ketenangan batin, ia merasa tenteram dekat dengan Tuhannya.
Orang yang selalu berzikir seolah selalu diawasi oleh-Nya dalam keadaan apapun baik kondisi duduk, berdiri maupun sedang tiduran sehingga perbuatannya sesuai dan terarah sesuai tuntunan. Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
“Diriwayatkan dari Abi Musa RA berkata: Nabi bersabda:”Perumpamaan orang yang selalu dzikir kepada Tuhannya dan orang yang tak berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup dan orang mati. (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa tanda orang yang cinta kepada Allah maka akan banyak menyebut nama-Nya karena pada dasarnya orang yang mencintai sesuatu maka akan banyak yang menyebut-Nya.
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin menjelaskan ada lima fungsi tujuan dzikir, diantaranya:
- Pertama, orang yang selalu berdzikir kepada Allah akan mendapatkan ridha-Nya.
- Kedua, menambah semangat untuk selalu berbuat kebaikan dan ketaatan.
- Ketiga, sebagai tameng dari godaan syaitan selagi dirinya mau berdzikir.
- Keempat, dapat menjadikan hati semakin lembut dan penuh hikmah.
- Kelima, benteng diri dari segala macam hal negatif yang masuk kategori kemaksiatan.
Dari sini dapat dipahami bahwa peranan dzikir sangat penting bagi kehidupan terutama agar mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah dalam menghadapi segala problematika kehidupan.
Ketaatan membawa keberuntungan
Dengan ilmu dan keimanan yang tinggi manusia akan selalu menang dalam mengahadapi pengaruh hawa nafsu, dan ia akan menjadi manusia yang mempunyai derajat yang tinggi sehingga ketaatan yang ia lakukan membawa keberkahan tersendiri bagi hidupnya maupun orang lain.
Saat dihadapkan dalam urusan politik kekuasaan, maka banyak orang yang tertipu, bahkan banyak ulama’ yang berambisi menduduki jabatan sekalipun tak luput dari godaan hawa nafsu walaupun ia berdalih dengan mengatasnamakan agama.
Maka dari itu orang yang beruntung adalah orang yang mampu menghadirkan kebesaran Allah di segala lini kehidupan, ia selalu mengingatnya tak hanya melalui lisan, tapi juga mengamalkan perintah-Nya, serta mencoba menahan diri dari godaan hawa nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat kejahatan dan kemaksiatan.