Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Tradisi sambut bulan suci Ramadhan Lamang dimasak dan dibakar di atas bara api Foto: Jefry wongso

Lamang dimasak dan dibakar di atas bara api Foto: Jefry wongso

7 Tradisi Nusantara dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
12/03/2022
in Peradaban, Populer, Tajuk Utama
18 2
0
19
SHARES
375
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Tinggal menghitung hari lagi, kita memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan dimana kita wajib menjalankan ibadah puasa dan memperbanyak amal shaleh. Jelang memasuki Ramadhan, ada berbagai tradisi unik yang dilakukan masyarakat Muslim Nusantara. Di beberapa wilayah Indonesia, terdapat banyak sekali tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan. 

Bulan Ramadhan menjadi sangat spesial, karena ada riwayat shahih dari Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab musnad-nya:

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليه وسَلم يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: “Rasulullah saw. memberikan kabar gembira kepada sahabat-sahabatnya, “Bulan Ramadhan telah datang. Ramadhan adalah bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan puasa atas kalian. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat dan setan-setan dibelenggu di dalamnya. Di dalam bulan Suci Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada malam seribu bulan. Orang yang menghalangi kebaikan di dalam bulan Suci Ramadhan ini, maka dia akan terhalang dengan kebaikan.”

Data dari  World Population Review, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia. Hal ini menjadikan nilai lebih bagi negara Indonesia sendiri yang dapat berjalan seiring dengan tradisi-budaya lokal dan Islam. 

Dengan negara berpredikat Muslim terbanyak, sudah pasti bulan puasa akan selalu disambut dengan meriah oleh masyarakat. Beragam suku dan budaya tak jadi sekat penghalang untuk merayakan bulan suci Ramadhan. Mereka larut dalam makna ” al-islāmu dīn al-tsaqāfaẗ wa al-ḥaḍāraẗ ” (Islam adalah agama kebudayaan dan peradaban). 

Apa saja tradisi yang dilakukan oleh Muslim Nusantara saat menyambut Ramadhan? Berikut tujuh tradisi yang dihimpun oleh penulis:

1. Meugang, Aceh

Suasana pasar Aceh saat tradisi Meugang
Suasana pasar Aceh saat tradisi Meugang

Meugang adalah salah satu tradisi dalam masyarakat Aceh yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat, baik rural maupun urban. Kata meugang juga sering disebut dengan kata mameumang, ma’meugang ketiga istilah sering diucapkan oleh masyarakat Aceh (Iskandar, 2010).

Beberapa referensi awal mula tradisi ini, yakni Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda membagi-bagikan daging lembu atau kerbau kepada rakyat dan fakir miskin pada masa itu. Hal ini sebagai wujud syukur atas datangnya bulan suci Ramadhan. Bahkan dalam “Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)“, Denys Lombard menyebutkan bahwa pada upacara meugang, juga ada semacam prosesi peletakan dan tabur bunga di makam para Sultan (Lombard, 2007). Kemungkinan ini juga sama halnya dengan tradisi ziarah.  

2. Malamang, Sumatera Barat

Lamang dimasak dan dibakar di atas bara api Foto: Jefry wongso
Lamang dimasak dan dibakar di atas bara api Foto: Jefry wongso

Salah satu tradisi yang telah berlangsung sejak dahulu di Minangkabau, Sumatera Barat dan sudah jarang ditemui pada masa sekarang ini yakni tradisi malamang (membuat lamang). 

Lamang yaitu makanan dari ketan yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam wadah bambu, kemudian dimasak dengan perapian atau unggun. Makanan lamang (lemang) adalah salah satu makanan tradisional khas masyarakat Minangkabau, disamping randang, katupek (ketupat) dan lainnya. Malamang adalah proses pembuatan yang harus dilakukan untuk membuat lamang, dan tradisi membuat lamang itu lazim disebut dengan tradisi malamang (Refisrul, 2017). 

Tradisi ini dibawa seorang penyiar Islam bernama Syekh Burhanuddin. Dikisahkan saat berkunjung ke rumah masyarakat dalam syi’ar Islam, disuguhkan menu makanan seperti gulai babi, rendang tikus, dan ular goreng. Kebiasaan penduduk yang masih ekstrem ini, akhirnya diolah dengan baik oleh Syekh Burhanuddin dengan memasak nasi—akhirnya diganti beras ketan— dalam ruas bambu.

Selain menjelang masuk bulan puasa Ramadhan, tradisi ini juga dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, menjelang Idul Adha, dan peringatan kematian (haul).

3. Nyadran, Jawa Tengah

Hidangan dalam tradisi Nyadran Foto: Daviq Umar
Hidangan dalam tradisi Nyadran Foto: Daviq Umar

Santoso dalam “Spiritualisme Jawa: Sejarah, Laku, Dan Intisari Ajaran”, Tradisi Nyadran merupakan bentuk upacara selamatan di Jawa untuk menghormati arwah leluhur yang telah wafat serta dilaksanakan rutin setahun sekali menjelang bulan Ramadhan, tepatnya bulan ruwah atau Sya’ban (Santoso, 2012).

Nyadran juga disebut sebagai kegiatan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Rangkaian proses Nyadran diantaranya; membersihkan makam leluhur atau keluarga, membawa makanan hasil bumi, dan makan bersama. Tradisi ini dipercaya oleh masyarakat untuk membersihkan diri jelang bulan suci.

4. Megengan, Jawa Timur

Tradisi Megengan
Tradisi Megengan

Pada tradisi Muslim di Jawa, selamatan megengan dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan  setiap tanggal 20 sampai 29 Sya’ban. Kegiatan ini umumnya ada di sekitar RT/RW setempat. 

Megengan berasal dari kata megeng yang bermakna menahan (ngempet). Dalam arti lain sebagai penanda atau pengingat bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan puasa.

Dalam tradisi megengan ini, terdapat ambengan (sedekah), berupa nasi plus lauk pauknya, seperti telur, tahu tempe, apem, ayam, dan serundeng (Aibak, 2010). 

Page 1 of 2
12Next
Tags: BudayaHadlarahIslam dan BudayaIslam NusantaraKearifan LokalMegenganNyadranSelamatanTradisiTsaqafah
Previous Post

Hal-Hal Yang Perlu Disiapkan Pada Bulan Sya’ban

Next Post

Darurat Intoleransi, Inilah Konsep Toleransi dalam Islam

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Next Post
toleransi Islam

Darurat Intoleransi, Inilah Konsep Toleransi dalam Islam

Tips Dakwah bil Medsos

Tips Dakwah bil Medsos

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.