Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Sang Presiden Subuh, Habib Ali Bin Abdurrahman Assegaf Wafat

Sang Presiden Subuh, Habib Ali Bin Abdurrahman Assegaf Wafat

Sang Presiden Subuh, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf Wafat

Sayyid Muhammad Yusuf Aidid S.Pd.,M.Si. by Sayyid Muhammad Yusuf Aidid S.Pd.,M.Si.
20/01/2021
in Kolom, Tajuk Utama
38 0
0
38
SHARES
765
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

islamina.id — Jumat sore, 15 Januari 2021, tepatnya pukul 16:00 WIB, kabar duka menyelimuti tanah Betawi. Hal itu disebabkan oleh wafatnya seorang ulama Betawi yaitu Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf pada usia 75 tahun. Orang-orang Betawi menyematkan panggilan untuknya yaitu Sayyidil Walid yang secara etimologi tuannya bapak. Kenapa demikian? Karena sifat kebapakannya yang menonjol darinya; mengayomi, mencerahkan, menasehati, dan memotivasi baik dalam berdakwah ataupun bertemu dengan orang lain.

Kegigihan Sayyidil Walid dalam belajar terlihat dari mudanya hingga akhir hayatnya. Keluasan ilmunya terbukti karena pengalaman bergurunya kepada para habaib dan mualim di dalam dan luar negeri. Guru-gurunya antara lain, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf  (ayahandanya),  Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (sohibul Kwitang), Habib Ali bin Husein Alatas (sohibul Bungur), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Singa Podium), Habib Soleh bin Muksin Al-Hamid (sohibul Tanggul), Habib Abdullah Syami Alatas, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Haddad (Condet),  Prof. Dr. KH Raden Abdullah bin Nuh (Bogor), dan Mualim Ahmad Junaidi (Menteng Atas). Selain itu ia pernah mukim selama empat puluh hari di Prof. DR. Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki (Mekkah).

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Sekitar tahun 1960-an, Sayyid Ali Assegaf muda melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.  Tatkala itu, ia kuliah di dua perguruan tinggi, yaitu IAIN (Institut Agama Islam Negeri) dan Universitas Ibnu Chaldun Jakarta. Bahkan, suatu ketika ia mengikuti ujian hadis di IAIN, ia berani mengkoreksi dan mengkritik soal ujian hadis yang ditulis oleh dosen tersebut di papan tulis. Sehingga dirinya dipanggil ke ruangan dosen untuk mendapatkan percepatan kelulusan di perguruan tinggi Islam itu.

Kemahiran bahasa Arab Sayyid Ali semakin meningkat. Kondisi tersebut diperoleh karena ia belajar dengan Habib Muhammad Asad bin Syihab. Sehingga kecakapan bahasa Arabnya setara dengan akademisi-akademisi Arab. Hal tersebut terlihat dari struktur kalimat dan gaya bahasa Arabnya yang diucapkan mengikuti aturan baku tata bahasa Arab meliputi ilmu sintaksis (nahwu) dan morfologi (sharf).

Berkah ilmu yang dimiliki, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf mengajar pada umur 15 tahun di Assagofah, Bukit Duri (madrasah milik ayahandanya). Selain itu ia pernah mengajar sekaligus menjadi kepala sekolah di Madrasah Islamic Center Kwitang yang merupakan embrio dari Madrasah Unwanul Falah tahun 1972. Ia meminta beberapa pengajar Assagofah untuk mengajar di madrasah tersebut diantaranya Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf, Mualim Ro’i, dan KH. Zarkasyi.

Tehnik pengajarannya yang khas yaitu ia tidak mau berpindah dari satu bab ke bab lain kecuali si murid telah menghafal dan memahami satu bab yang telah diajarkannya. Artinya, kesabaran antara guru dan murid diperlukan pada sebuah pembelajaran. Sayyidil Walid pernah berbicara kepada penulis, “Di zaman sekarang para pengajar agama di sekolah hanya mengejar target kurikulum tanpa memandang sejauh mana murid bisa mengerti dan memahami apa yang mereka pelajari. Sehingga banyak dari mereka sekedar pernah belajar tentang bab itu.”

Sayyidil Walid membina dan membimbing lebih dari dua puluh majelis taklim di JABODETABEK. Majelis utamanya yaitu di rumahnya sendiri yaitu Al-Afaf, Tebet Utara. Majelis tersebut telah berdiri kurang lebih dua puluh tujuh tahun lamanya. Majelis tersebut setiap sabtu dimulai setelah shalat Ashar berjamaah yang diimami oleh Sayyidil Walid sendiri. Kemudian membaca wirdhu latif sebagai zikir sore yang disusun oleh Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Lalu beliau membaca dan menerangkan kitab-kitab kuning yang berkenaan dengan tauhid, fiqih, dan tasawuf.

Di samping itu, tokoh Betawi yang disegani semua kalangan tersebut juga membuka majelis khusus para ustad di kediamannya pada hari Rabu pagi. Dua kitab yang diajarkannya yaitu Ithafussadah al-Muttaqien syarah Ihya Ulumuddin dan Fathul Bari syarah Sohih Bukhari. Karena prinsipnya, seorang guru bukan hanya mengajar saja akan tetapi harus tetap belajar. Prinsipnya tersebut bersesuaian dengan long life education, pendidikan sepanjang hidup.

Praktik long life education itu sendiri dijalani sampai masa senjanya. Di tahun 2013-2015, Sayyidil Walid berguru pada ulama Timur Tengah melalui jaringan Skype dengan Al-Faqih Habib Abdullah bin Soleh Ba’bud (Madinah, Saudi Arabia) dan Dr. Ismail Al-Mishri (Dosen Al-Azhar Cabang Tonto Mesir). Bahkan, Dr. Ismail al-Mishri datang ke Jakarta mengunjungi Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf pada tahun 2016. Keilmuannya diakui oleh ulama Indonesia dan Timur Tengah, sebab itulah UIN Jakarta ingin sekali mempersembahkan gelar Doktor Honouris Causa kepadanya. Akan tetapi beliau menolaknya.

Alm. KH. Syaifuddin Amsir sangat menganggumi Sayyidil Walid. Sehingga beliau menuturkan kepada Habib Ahmad bin Ali Assegaf (anak dari Sayyidil Walid), “Walidak (ayahmu) itu Allamah, karena beliau mengajar Kitab Fathul Bari ٍ Syarah Kitab Sohih Bukhari. Dimana jarang para guru yang mengajarkan kitab tersebut.”

Berdakwah dari satu wilayah ke wilayah lainnya merupakan jalan yang juga ditempuh Sayyidil Walid sebagai tongkat estafet dari dakwah para salafuna salihin. Dakwahnya yang lembut dan santun terinspirasi oleh QS An-Nahl [16]:125:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Tags: AssegafHabaibHabibHabib Ali bin Abdurrahman AssegafPresiden SubuhUlamaUlama nusantara
Previous Post

Dakwah Nabi: Ajarkan Islam yang Ringan Dulu

Next Post

Tujuan Beragama: Mewujudkan Kebaikan Bukan Menebar Kejahatan

Sayyid Muhammad Yusuf Aidid S.Pd.,M.Si.

Sayyid Muhammad Yusuf Aidid S.Pd.,M.Si.

Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Tujuan Beragama: Mewujudkan Kebaikan Bukan Menebar Kejahatan

Tujuan Beragama: Mewujudkan Kebaikan Bukan Menebar Kejahatan

Sejarah Takfir Dan Ragam Tafsirnya

Sejarah Takfir dan Ragam Tafsirnya

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.