Islamina.id – Yang pertama, kebanyakan pendukung Khilafah tidak paham sejarah dan tidak paham konsep. Kemudian dimanipulasi atau dilakukan romantisasi dan ideologisasi. Konsep khilafah tidak seragam atau tidak satu. Bukan hanya dari Taqiyudin al-Nabhani saja.
Coba kita baca khilafah yang dirumuskan atau digagas oleh Jamaludin al-Afghani, Abdurrahman al-Kawakibi, atau Abul A’la al-Maududi. Mereka hanya membaca satu buku pegangan dan seolah-olah itulah kebenaran yang paling mutlak dari Taqiyudin al-Nabhani.
Yang kedua, mereka tidak paham sejarah dan membuat sejarah sendiri. Seperti dalam klaim kasus “Jejak Khilafah di Nusantara”. Kalau ingin serius dengan soal “Khilafah”, rujukannya bukanlah Sultan Abdul Hamid II (Turki Utsmani). Karena Turki Utsmani bukanlah kekhalifahan atau khilafah, tetapi mamlakah atau sulṭaniyah. Seharusnya rujukan langsung ke Khulafā ar-Rāsyidūn.
Konsep Khulafā ar-Rāsyidūn adalah khilafah sebagai sebuah institusi politik. Mulai muncul pasca Nabi Muhammad SAW wafat. Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah yang pertama menyebut dirinya sangat sederhana yakni khalīfatu rasūlillāh (pelanjut dari Rasulullah SAW). Dan kita pun harus melihat sejarah Khulafā ar-Rāsyidūn ini secara kritis.
Dari empat Khulafā ar-Rāsyidūn, hanya dua yang bisa berjalan dengan baik. Yaitu Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar Bin Khattab. Setelahnya atau khalifah yang ketiga, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib kondisinya kacau balau. Jadi yang pertama dan bisa diambil adalah sistem yang terlihat.
Tonton selengkapnya:
Misalnya praksis Abu Bakar as-Shiddiq yang penuh pengangkatan. Kemunculan Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama adalah berdasarkan pengusulan-pengusulan. Kemudian yang kedua adalah melalui penunjukkan langsung. Seperti dari Abu Bakar kepada Umar. Abu Bakar berwasiat kepada umat Islam bahwa yang menggantikan dia sebagai khalifah adalah Umar Bin Khattab.
Selanjutnya dari Umar bin Khattab kepada Utsman bin Affan. Saat itu ada beberapa nominasi calon pengganti Umar. Dan ada kegaduhan politik setelah khalifah yang ketiga, Utsman bin Affan.
Jadi, kalau ingin mengembangkan konsep Khilafah yang benar adalah dengan menggali sejarah Khulafā ar-Rāsyidūn. Melihat di sisi mana keberhasilan dan kegagalannya. Kegagalannya itu terutama pada masa yang ketiga dan keempat Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Melihat faktor apa yang mengakibatkan hanya bertahan sampai empat khalifah.
Setelah itu muncul Dinasti Umayyah yaitu kerajaan. Sejarah Khulafā ar-Rāsyidūn itu juga penuh dengan konflik pertikaian. Jadi, jangan diidealisasikan atau diromantisasi. Fakta sejarahnya banyak yang pahit.