Bulan Sya’ban kerap dianggap sebagai bulan yang ‘terabaikan’. Bukan tanpa alasan, karena Sya’ban dibayang-bayangi oleh dua bulan penting seperti Rajab dan Ramadhan.
Meskipun demikian, nyatanya bulan Sya’ban selalu dikemas dengan peluang untuk memaksimalkan perbuatan baik dan upaya lebih mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dengan mengirimkan Shalawat kepadanya.
Secara historis, beberapa peristiwa penting juga terjadi selama bulan Sya’ban yang layak untuk kita sebagai umat Muslim untuk memperingatinya.
Bulan Sya’ban juga disebut sebagai bulan Nabi SAW. Nabi Muhammad SAW berkata, “Rajab adalah bulan Allah SWT, Sya’ban adalah bulanku sedangkan Ramadhan adalah bulan umatku.” [Suyuti]
Ini berarti kita harus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW selama bulan ini. Kita dapat melakukannya dengan belajar lebih banyak tentang Sirahnya dan menambah pengetahuan kita tentang topik-topik seperti do’a yang dia cintai, makanan yang dia makan, dan orang-orang yang paling dia cintai. Semua ini supaya kita dapat mengikuti teladan mereka.
Cara lain untuk memperkuat hubungan ini adalah dengan mengikuti Sunnahnya, seperti mendukung dan merawat anak yatim, sebuah tujuan yang sangat dicintai oleh Nabi Muhammad SAW.
Jangan sampai kita sebagai umat Muslim termasuk ke dalam golongan kelompok yang mengabaikan bulan spesial ini. Berikut adalah beberapa manfaat yang tersaji di bulan Sya’ban:
1. Bulan Ditinggikannya Amal
Memang, semua perbuatan yang kita lakukan selalu dicatat oleh malaikat dan Allah SWT sudah mengetahui semua yang telah kita lakukan dan katakana. Namun, Nabi Muhammad SAW kerap memilih waktu-waktu tertentu untuk beribadah dan berdoa dengan harapan amalan saleh kita yang selalu ditampilkan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW berkata, “Malaikat bergiliran di antara kamu pada malam dan siang hari, dan mereka semua berkumpul pada waktu shalat Subuh dan Ashar. Para malaikat yang bermalam di antara kamu, kemudian, naik, dan Tuhan mereka bertanya kepada mereka, meskipun Dialah yang paling mengetahui tentang mereka, “Bagaimana kamu meninggalkan hamba-hamba-Ku?”. Mereka berkata, “Kami meninggalkan mereka ketika mereka sedang shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang shalat.” [HR. Muslim]