Pembahasan mengenai Nyadran dalam dunia Islam mungkin terdengar asing di kalangan masyarakat umum. Nyadran merupakan salah satu amaliyah kalangan Muslim rural yang berkembang luas di pulau Jawa khususnya. Akan tetapi setiap daerah akan beda pelaksanaanya mungkin hanya sama pada waktu pelaksanaanya yaitu sebelum bulan suci Ramadhan. Seringkali amaliyah Nyadran ini menjadi polemik yang panas di antara golongan umat Islam sendiri. Banyak golongan yang tidak sejalan dengan amaliyah Nyadran yang dilakukan oleh warga Nahdlatul Ulama ini. Banyak golongan umat Islam yang menghakimi saudaranya sebagai pelaku kebatilan, ahli bid’ah, hingga berani mengkafirkannya. Padahal kenyataannya pembahasan tentang ini sudah dibahas jauh-jauh hari oleh para ulama karena inti dari Nyadran ialah ziarah kubur.
Pada prakteknya di tanah air Indonesia ini, Nyadran pada prinsipnya memang diperbolehkan oleh agama maupun pemerintah. Nyadran merupakan ajaran leluhur yang telah dijaga kelestariannya hingga sekarang. Bukan hanya kelestariannya saja yang dijaga, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak berkurang satupun. Nyadran merupakan tradisi yang berlaku di daerah tertentu dan juga belum banyak orang tahu. Tradisi ini diwariskan oleh nenek moyang dari masa ke masa. Dalam tradisi ini terdapat banyak rangkaian ibadah seperti ziarah dan juga bersedekah. Salah satu contohnya di desa Bambusari, Nyadran sudah menjadi acara tahunan yang selalu ada pada satu bulan sebelum bulan Ramadhan.
Tradisi Nyadran memiliki keunikan di setiap daerah dan juga berbeda dalam pelaksanaannya. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi yang mendukung, acaranya lebih mewah dan meriah. Faktor lainnya yang mendukung acara Nyadran menjadi lebih ramai dan meriah adalah banyaknya orang-orang yang ikut hadir dan berpartisipasi di dalam acaranya. Inti dari tradisi Nyadran ini adalah ziarah kubur, syariat yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Hikmah Tradisi Nyadran
Banyak hikmah yang kita dapati dari Nyadran. Pertama, tradisi ini mengingatkan kita akan dunia ini hanyalah tempat singgah sementara, sehingga kita tidak terlena oleh gemerlapnya dunia. Kedua, Ukhuwah Islamiyah terdapat dalam tradisi Nyadran. Sebagai contoh dalam tradisi Nyadran ini adalah saling berbagi. Beberapa keluarga yang menjadi tuan rumah diadakannya Nyadran, biasanya membuat makanan yang nantinya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ikut dalam acara Nyadran. Di sini letak ukhuwah islamiyah-nya yaitu saling berbagi dan juga saling bertegur sapa.
Adapun isi dari kegiatan Nyadran tersebut salah satunya adalah ziarah kubur. Ziarah kubur merupakan kegiatan berkunjung ke kuburan orang-orang yang telah meninggal dengan tujuan mendoakan. Dengan adanya ziarah kubur kita bisa mengingat kembali bahwa dunia bukan menjadi tujuan utama melainkan kita akan kekal di akhirat nanti. Banyak manusia yang terjerumus oleh gemerlapnya dunia sehingga lupa bahwa mereka juga akan mati. Tradisi Nyadran sendiri dahulu merupakan upacara adat dari orang-orang Jawa. Mereka menyembah makam para leluhur mereka. Para Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa melihat kesesatan orang-orang Jawa dengan tradisi menyembah kuburan tidak langsung menghilangkannya, melainkan menyiasatinya dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam di dalam tradisi Nyadran ini. Contohnya para Walisongo mengganti mantra-mantra yang orang Jawa ucapkan ketika menyembah kuburan dengan bacaan-bacaan Islam. Ini merupakan salah satu faktor, masih lestarinya tradisi Nyadran hingga saat ini karena sudah diajarkan dari zaman para Walisongo.