Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Kapan Masyarakat Indonesia Akrab Dengan Alquran?

Kapan Masyarakat Indonesia Akrab Dengan Alquran?

Agama Pinggiran

Roland Gunawan by Roland Gunawan
06/02/2021
in Kolom, Populer
5 1
0
6
SHARES
110
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – ISLAM adalah agama di antara agama-agama lain yang saat ini masih melakukan pencarian identitas yang diyakini akan menghantarkannya untuk ikut serta dalam memainkan peranan signifikan di pentas sejarah. Namun, pencarian identitas tersebut nampaknya tidak akan berjalan mulus. Masih banyak aral rintang yang harus dihadapi, internal maupun eksternal. 

Menurut dugaan Mohammed Arkoun, selama ia hidup di Eropa, ia melihat seolah ada sebuah fenomena yang membuat kita bingung dan heran, yaitu semacam konspirasi antara Yahudi dan Kristen untuk menyingkirkan Islam, tidak hanya secara teologis, tetapi juga secara kultural dan politis. 

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Bagi Yahudi-Kristen, Islam adalah agama masyarakat terbelakang yang belum memasuki fase peradaban. Ini didasarkan pada asumsi-asumsi kontradiktif terhadap Islam yang memang sudah menjadi warisan sejak abad pertengahan. Ditambah lagi dengan konflik Arab-Israel yang melahirkan akibat-akibat buruk, dan membutuhkan waktu cukup lama untuk menghapusnya, jika saja revolusi Islam mencapai titik keberhasilannya. 

Hal itu telah memainkan peran besar dalam menyingkirkan Islam dari ‘surga’ teologi Kristen-Yahudi. Sekarang, tidak seorang pun ada yang mengatakan tradisi Yahudi-Kristen-Islam, tetapi yang dikatakan hanya tradisi Yahudi-Kristen, nilai-nilai Yahudi-Kristen dan lain-lain. 

Dikatakan demikian, karena Islam, dalam bentuk apapun, dipandang hanya merupakan kelanjutan dari Yahudi dan Kristen. Dalam al-Qur’an sendiri banyak kisah-kisah tentang nabi-nabi kaum Yahudi dan Isa ibn Maryam. Dan mereka (para nabi tersebut) mempunyai kedudukan besar dan transendental bagi kaum Yahudi dan Kristen. 

Sebenarnya ‘penyingkiran’ itu tidak hanya terlahir dari satu pihak saja, melainkan dari kedua belah pihak. Kita menolak Barat dan Kristen karena alasan-alasan teologis. Terdapat banyak asumsi-asumsi negatif dari pihak kita mengenai Barat dan Kristen yang perlu dibenarkan dan rehabilitasi.

Cukup bagi kita membuka buku-buku akidah untuk meyakinkan hal itu. Penyingkiran teologis seperti inilah yang secara langsung menimbulkan penyingkiran secara sosial dan politis. 

Belum lagi gerakan-gerakan fundamentalisme yang semakin memambah kompleksnya permasalahan dengan diaktifkannya kembali teologi abad pertengahan selaras dengan meluasnya wawasan. 

Dulu, Islam disingkirkan karena alasan-alasan teologis, sebab Islam merupakan agama saingan selama abad pertengahan, sedangkan sekarang disingkirkan karena faktor-faktor sekuler. 

Dari itu, studi tradisi keislaman tidak pernah mendapatkan porsi memuaskan, justru menjadi bagian orientalis yang tertutup. Inilah barangkali yang menekan Arkoun dan seruan-seruannya agar dilakukan kajian secara menyeluruh terhadap semua tradisi keagamaan tanpa membeda-bedakan antara satu dengan lainnya, seolah dunia ini tidak pernah mengenal, apakah itu Kristen, Yahudi, Islam dan lain-lain. 

Jadi, harus diterapkan metodologi yang sama dalam studi tradisi Yahudi-Kristen-Islam. 

Sehubungan dengan kaum orientalis, dalam melakukan studi keislaman, mereka seolah-olah tidak tahu menahu akan perkembangan metodologi yang ada saat ini. Banyak dari mereka yang semata-mata hanya mengumpulkan berbagai data mengenai tradisi Islam sunni, untuk kemudian dipindahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman dan mengatakan, “Inilah Islam, beginilah orang-orang Islam berpikir…,” tanpa dilakukan upaya kongkret untuk mendekonstruksi ketertutupan tradisi tersebut.

Dalam hal ini, jelaslah bahwa motodologi yang mereka gunakan adalah metodologi lama yang pernah digunakan para orientalis klasik. Metodologi lama yang dimaksud adalah metodogi filologi historis, sebuah metodologi yang hanya terbatas pada pengumpulan data-data secara kronologis dan melihat teks dengan satu makna saja, tidak melihat kemungkinan adanya makna lain yang lebih benar. 

Metodologi Filologi

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Misi Islam: Mengajarkan Perdamaian bukan Permusuhan

Next Post

Islam: Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi (1)

Roland Gunawan

Roland Gunawan

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
Next Post
Perspektif Islam Tentang Nkri, Pancasila, Dan Kebhinekaan (bagian Terakhir)

Islam: Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi (1)

Islam: Orde Lama, Orde Baru Dan Orde Reformasi (2)

Islam: Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi (2)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.