“Karena dalam sebuah negara keiamanan orang beragam, karena itu tidak bisa dijadikan sebagai dasar, dasar bernegara kita adalah konstitusi, sebagai hasil kesepakatan, kalau dalam agama islam kesepakatan itu sepanjang tidak bertentangan dengan agama maka wajib dijaga dan ditaati, ” ujar Ayik.
Ia menyampaikan bahwa sejatinya konsep Al Wala’ Wal Bara’ sangat kontradiktif dengan konsep Islam yang rahmatan lil’alamin.
“Ini jelas bertentangan, mereka (kelompok radikal) salah menempatkan, yang benar adalah Ketika mereka tidak membawa konsep wal bara ke ranah public, karena dalam Islam, kalau bergaul dalam ranah publik mengikuti syariah dan akhlak, bukan konsep Al Wala’ Wal Bara’,” tuturnya.
Oleh karenanya pengurus Lembaga Dakwah NU (LDNU) Jawa Barat ini memandang perlunya peran tokoh agama dan ormas moderat untuk senantiasia meliterasi dan memberi pencerahan terus-menerus kepada umatnya, agar tidak mudah terjebak pada doktrin menyesatkan konsep Al Wala’ Wal Bara’.
“Perlu kita luruskan, dan masyarakat umum kita beri pencerahan tentang bagaimana konsep konsep Al Wala’ Wal Bara’ yang sesungguhnya. Intinya setiap penyimpangan agama itu pasti membawa maslaah. Kita memang harus rajin, karena mereka juga rajin menyebarkan ajaran yang meyimpang,” ungkap Ayik.
Penyimpangan makna dan ajaran yang demikian, menurutnya justru memperburuk citra agama Islam dan membuat tujuan Islam yang rahmatan lil alamin justru sulit terwujud.
“Indikator yang paling mudah untuk menilai sesuatu pemahaman itu menyimpang atau tidak, ya lihat saja tujuan akhirnya, apakah sikapnya akan membawa rahmatan lil alamin atau tidak,” ucap Ayik.