Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Ilustrasi Wali Songo

Ilustrasi Wali Songo

Cara Wali Songo Mendakwahkan Islam di Nusantara

Moh Rivaldi Abdul by Moh Rivaldi Abdul
15/03/2022
in Peradaban, Tajuk Utama
25 2
0
26
SHARES
515
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Upaya mengislamkan Nusantara tidaklah mudah. Penuh perjuangan hingga akhirnya Islam menjadi agama mayoritas saat ini. Bagaimana tidak, ketika para wali penyebar Islam menapakkan kaki di tanah Nusantara, mereka diperhadapkan pada masyarakat dengan kebudayaan yang amat mapan, baik sosial hingga agama. Sehingga, proses Islamisasi kala itu mengalami dialektika persentuhan antara Islam sebagai ajaran baru dengan kebudayaan Nusantara.

Wali Songo dan jejaringnya tercatat sebagai kekuatan yang sukses menyebarkan Islam di berbagai penjuru Nusantara (tidak hanya Jawa namun hingga Indonesia Timur). Kesuksesan Wali Songo tersebut tentu disertai dengan strategi dakwah yang matang. Para wali memilih jalan damai, bukan lewat perang atau paksaan, dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Sehingga, secara bertahap, pelan namun pasti, Islam diterima oleh masyarakat Nusantara.

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Berdasarkan penjelasan Kiai Aqil Siradj dalam Meneladani Strategi “Kebudayaan” Para Wali, artikelnya sebagai pengantar dalam buku Atlas Wali Songo, setidaknya ada tiga strategi (sikap) yang diterapkan oleh para wali dalam upaya Islamisasi Nusantara, yaitu dengan fiqhul ahkam, fiqhul dakwah, dan fiqhul hikmah. Fiqhul ahkam diterapkan dalam dunia pondok pesantren untuk mengajarkan dan menerapkan Islam secara ketat dan mendalam kepada para santri. 

Ketika berada di luar pondok, berhadapan dengan masyarakat umum, maka para wali menerapkan fiqhul dakwah, di mana ajaran agama dikenalkan dan diterapkan secara lentur. Konten dakwah disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan tingkat pendidikan. 

Dan para wali juga menerapkan fiqhul hikmah, yang membuat ajaran Islam bisa diterima oleh semua kalangan, tidak hanya kalangan awam, tetapi juga kalangan bangsawan, dan bahkan termasuk diterima oleh kalangan rohaniawan Hindu, Buddha, serta kepercayaan lainnya (non-muslim). 

Jadi, ketika berdakwah para wali tidak asal hantam. Mereka mempelajari betul bagaimana karakteristik objek dakwah yang akan dihadapi, dan kemudian menyesuaikan penerapan dakwahnya agar dapat diterima dengan baik. 

Penerapan fiqhul ahkam, oleh para wali dikhususkan dalam dunia pondok pesantren, yang memang merupakan tempat untuk mencetak kader-kader ulama selanjutnya. Raden Paku (Sunan Giri) dan Raden Mahdum Ibrahim (Sunan Bonang) diketahui nyantri pada Sunan Ampel di Surabaya dan pada Maulana Ishak di Malaka. Mereka tentu mendapatkan pendidikan Islam yang sangat ketat, saat nyantri pada Sunan Ampel dan Maulana Ishak, sehingga menjadi ulama yang konsisten menyebarkan Islam. 

Kiai Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo menjelaskan bahwa salah satu bidang dakwah yang digarap Sunan Giri adalah pendidikan. Santri-santri di Pesantren Giri berasal dari berbagai penjuru Nusantara, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, Makassar, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Tidore, dan Hitu. Pesantren yang dibangun oleh Sunan Giri pada abad 15 M di perbukitan Sidomukti, Kebomas, itu berkembang amat pesat. Dan sebagaimana Rizem Aizid dalam Sejarah Islam Nusantara menjelaskan bahwa Pesantren Giri menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa. Bahkan, tidak hanya di Jawa, melainkan berbagai penjuru Nusantara.

Kedisiplinan pendidikan para wali bagi santri-santrinya di pesantren berhasil mencetak kader-kader ulama yang melanjutkan usaha menyebarkan Islam ke seluruh Nusantara. Dari Pesantren Giri dikenal Datuk ri Bandang yang menyebarkan Islam di Makassar, Sunan Prapen menyebarkan Islam di Lombok, dan lainnya. 

Berbeda dengan dakwah di lingkungan pesantren yang menerapkan fiqhul ahkam, ketika berdakwah di masyarakat (luar pesantren) para wali menerapkan fiqhul dakwah yang mengedepankan sikap lentur atau toleransi. Para wali sadar betul bahwa masyarakat Nusantara telah memiliki kebudayaan yang mapan, sehingga jika Islam ditawarkan tanpa nego-nego, maka hasilnya pasti ditolak dan bakal menimbulkan keributan.

Page 1 of 2
12Next
Tags: Islam NusantaraIslamisasiislamisasi nusantaraSunan AmpelSunan GiriSunan Kalijagawali allahWali Songo
Previous Post

LPOI/LPOK dan Komitmen Lawan Politisasi Agama

Next Post

Polemik Sertifikasi Halal: Kemenag Jalankan Amanatkan UU, MUI Pun Meradang

Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
sejarah maulid
Peradaban

Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Nusantara: Dari Wali Songo hingga Tradisi Daerah

25/09/2024
Next Post
Label Halal dari MUI ke BPJPH Kemenag

Polemik Sertifikasi Halal: Kemenag Jalankan Amanatkan UU, MUI Pun Meradang

patriarki perempuan

Perempuan dalam Genggaman Patriarki dan Agama

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    299 shares
    Share 120 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.