Selama ini, Nabi Muhammad Saw. dikenal sebagai pemimpin yang sukses memimpin Negara. Sejumlah Non-Muslim juga mengakui kepribadian Muhammad sebagai sosok yang berhasil menjalani kepemimpinan dengan baik. Michael H. Hart (2016) menempatkan Muhammad Saw. pada rangking pertama di antara 100 tokoh berpengaruh di dunia. Ia menjelaskan, dari asal-usulnya yang bersahaja, Muhammad Saw. mendirikan dan mengembangkan salah satu agama besar dunia, serta menjadi pemimpin politik yang amat efektif. Hingga saat ini, pengaruhnya masih kuat dan merasuk.
Selain dikenal sebagai pemimpin yang baik, Muhammad Saw. juga pribadi yang lemah lembut. Kasih sayang yang dimiliki senantiasa menjadikannya sebagai pribadi yang disegani. Saat mengajak umat manusia pada jalan Islam, Muhammad tidak pernah melakukannya dengan paksaan apalagi kebrutalan. Metode dakwahnya pun dilakukan dengan cara mencontohkan atau memberikan teladan pada umatnya.
Nawaf al-Jarrah (2013) menjelaskan, keutamaan dan kemuliaan sifat Rasulullah Saw. tergambar dalam setiap tutur kata, termasuk dalam khutbah-khutbahnya. Seluruh sabda Nabi Saw., baik yang disampaikan dalam bentuk dialog maupun yang disampaikan di hadapan banyak orang dari atas mimbar, yakni khutbah, memiliki ciri khas yang istimewa.
Gaya Bahasa yang Ringkas dan Tegas
Dengan kecanggihan teknologi dan informasi, saat ini banyak penceramah yang menyampaikan dakwahnya lewat berbagai media sosial. Facebook, Instagram, Tiktok, dan lainnya, menjadi sarana untuk menyampaikan dakwah. Dengan berbagai gaya dan bahasa, mereka menyampaikan dakwah dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dalam menyampaikan dakwah, Nabi Muhammad Saw. memiliki gaya bahasa dan gaya tutur yang ringkas, sederhana, tegas, dan mengandung kedalaman makna. Dari sisi kefasihan pun tidak ada yang menandinginya. Setiap kata dan rangkaian kalimat diujarkan dengan apik dan efektif. Dalam beberapa kesempatan, ketegasan dan keteguhan Rasulullah tergambar jelas lewat raut wajah dan gaya tutur bahasanya sehingga terkesan sedang marah.
Ramah bukan Marah
Kalau kita perhatikan, dalam beberapa kesempatan pengajian, tak jarang kita menemukan penceramah yang menyampaikan dakwah dengan keras dan penuh emosi. Sesuatu yang tidak sesuai dengan pikirannya dianggap salah dan sesat.
Tentu, cara seperti itu bukanlah metode dakwah yang dianjurkan oleh Rasulullah. Nabi Muhammad senantiasa menyampaikan pesan kebaikan dengan bahasa yang ramah, lemah lembut, dan tidak mudah menyesatkan orang lain. Sebaliknya, ceramahnya mengandung ajakan untuk berbuat kebaikan dan kembali kepada jalan kebenaran.
Ketegasan Nabi Muhammad dalam menyampaikan dakwah bukan berarti beliau marah. Kata-katanya kukuh dan tegas. Ketika ada nilai-nilai kebenaran yang dilanggar, atau ketika ada orang yang melakukan kekeliruan, Nabi Saw. menegurnya dengan tegas dan keras dengan tujuan agar orang tersebut tidak mengulanginya dan orang lain tidak mengikuti perbuatannya yang salah (Nawaf al-Jarrah, 2013).
Toleran dan Tidak Rasis
Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa dan agama. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, sudah sepantasnya kita saling menghormati dan menghargai. Sikap toleransi harus ditanamkan agar tidak ada permusuhan dan perpecahan dalam kehidupan masyarakat.