Keesokan harinya, Abu Hatim kembali bersama temannya untuk menuntut ilmu (Hadits), sedangkan ia dalam kondisi lapar. Maklum sudah tak memiliki bekal apa pun kecuali seteguk air. Seperti biasa, setelah teman karibnya pulang, dia pun juga kembali ke rumahnya dalam keadaan lapar dan hanya bermodalkan air sebagai penghilang rasa laparnya.
Keesokan harinya lagi, teman karib Abu Hatim mendatangi dia di waktu yang sangat pagi sekali sembari berkata “Ayo, kita berangkat lagi menuntut ilmu pada syekh atau ulama, maka Abu Hatim menjawab “Badanku sangat lemah”, lantas temannya bertanya “Apa yang membuat badan kamu menjadi lemah wahai sahabatku?”, “Aku tidak bisa menyembunyikan lagi ihwal kondisiku ini kepadamu, sungguh aku belum makan sejak beberapa hari” timpal Abu Hatim pada temannya.
Maka, dia (teman karibku) berkata “Aku mempunyai sisa uang satu dinar, dan aku akan memberikan setengah dinar kepadamu dan setengahnya lagi kau pergunakan untuk membayar sewa rumah yang ditempati ini. Setelah itu kami berdua pergi meninggalkan kota Basrah.
Dari kisah perjalanan Abu Hatim ar-Razi ini, kita bisa belajar bahwa menuntut atau mencari ilmu bukanlah perkara mudah. Dalam menuntutnya pun dibarengi dengan semangat yang kuat, kesungguhan, perjuangan dan bahkan pengorbanan; agar segala rintangan yang dihadapi dapat dilalui, sehingga dengan mudah memperoleh sebuah ilmu pengetahuan yang dicarinya.
Dengan begitu, seseorang yang hendak menuntut ilmu tetapi tidak tahan akan lelah dan letihnya dalam mencari ilmu, maka jangan berharap ia bisa memperoleh terhadap suatu ilmu yang dicarinya. Sebab, menuntut ilmu membutuhkan kesabaran dan perjuangan yang sangat dahsyat. Ini artinya, barang siapa yang tidak tahan akan lelah dan letihnya menuntut ilmu, maka orang tersebut akan mendapatkan kegagalan.
Demikian, kisah sebagian besar para ulama terdahulu kita dalam menuntut ilmu dengan penuh perjuangan dan kesungguhan; ujian dan rintangan; serta pengorbanan. Lantas bagaimanakah dengan kita, di mana kita hidup dalam sosio kondisi yang serba ada dan instan ini? Wallahu A’lam
Baca Juga: Hakikat Jihad Menurut Asghar Ali Engineer