Contoh lain misalnya perempuan dilarang memakai cadar. Meskipun saya tidak setuju cadar dianggap sebagai bagian dari ajaran Islam, tetapi kalau ada orang yang meyakini cadar bagian ajaran Islam dan memakainya sehari-hari, seharusnya negara tidak boleh mencampuri urusannya. Di Prancis, bercadar sudah dilarang secara total, alasannya adalah karena masalah keamanan. Dan kalau masalahnya keamanan itu masih bisa diperdebatkan.
Jadi, ada masalah dengan cara pandang pemerintah Perancis yang melihat bahwa orang yang memakai pakaian yang identik dengan paham keagamaan dianggap bertentangan dengan nilai-nilai republik. Di dalam kerangka hidup bernegara, kita ndak bisa memaksakan satu model nilai tertentu kepada semua orang tanpa memberikan kesempatan kepada orang atau golongan tertentu mengekspresikan kehidupan sesuai dengan nilai yang dipercayai.
Kemudian, masalah yang lebih serius adalah kenapa masalah menghina simbol-simbol agama itu terlalu dipertahankan sebagai hal yang seolah-olah “akidah” Islam.
Hari-hari ini Prancis sedang ribut karena ada satu undang-undang yang sedang diperjuangkan oleh Macron di parlemen Prancis, yaitu rancangan undang-undang yang salah satu klausulnya berisi ketentuan wartawan atau publik pada umumnya dilarang untuk mengunggah wajah polisi ketika mengatasi para demonstran. Jadi, polisi harus dilindungi anonimitasnya. Sekarang terjadi aksi protes di sana. Dan orang-orang sekarang seperti mempermalukan Macron. Selama ini Macron ingin membela negara republik, yang salah satu prinsip utamanya adalah kebebasan berpendapat.
Jadi, hal ini seperti paradoks. Di satu pihak memperjuangkan kebebasan berpendapat, tapi di pihak lain, ia membatasi hak para jurnalis untuk mengungkap tindakan polisi secara publik.