Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Tradisi Nyadran

Esensi Tradisi Nyadran di Masyarakat

Esensi Tradisi ‘Nyadran’ di Masyarakat

Sahrul Hidayat by Sahrul Hidayat
17/06/2022
in Peradaban, Tajuk Utama
18 1
0
19
SHARES
370
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Pembahasan mengenai Nyadran dalam dunia Islam mungkin terdengar asing di kalangan masyarakat umum. Nyadran merupakan salah satu amaliyah kalangan Muslim rural yang berkembang luas di pulau Jawa khususnya. Akan tetapi setiap daerah akan beda pelaksanaanya mungkin hanya sama pada waktu pelaksanaanya yaitu sebelum bulan suci Ramadhan. Seringkali amaliyah Nyadran ini menjadi polemik yang panas di antara golongan umat Islam sendiri. Banyak golongan yang tidak sejalan dengan amaliyah Nyadran yang dilakukan oleh warga Nahdlatul Ulama ini.  Banyak golongan umat Islam yang menghakimi saudaranya sebagai pelaku kebatilan, ahli bid’ah, hingga berani mengkafirkannya. Padahal kenyataannya pembahasan tentang ini sudah dibahas jauh-jauh hari oleh para ulama karena inti dari Nyadran ialah ziarah kubur.

Pada prakteknya di tanah air Indonesia ini, Nyadran pada prinsipnya memang diperbolehkan oleh agama maupun pemerintah. Nyadran merupakan ajaran leluhur yang telah dijaga kelestariannya hingga sekarang. Bukan hanya kelestariannya saja yang dijaga, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak berkurang satupun. Nyadran merupakan tradisi yang berlaku di daerah tertentu dan juga belum banyak orang tahu. Tradisi ini diwariskan oleh nenek moyang dari masa ke masa. Dalam tradisi ini terdapat banyak rangkaian ibadah seperti ziarah dan juga bersedekah. Salah satu contohnya di desa Bambusari, Nyadran sudah menjadi acara tahunan yang selalu ada pada satu bulan sebelum bulan Ramadhan.

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Tradisi Nyadran memiliki keunikan di setiap daerah dan juga berbeda dalam pelaksanaannya. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi yang mendukung, acaranya lebih mewah dan meriah. Faktor lainnya yang mendukung acara Nyadran menjadi lebih ramai dan meriah adalah banyaknya orang-orang yang ikut hadir dan berpartisipasi di dalam acaranya. Inti dari tradisi Nyadran ini adalah ziarah kubur, syariat yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. 

Hikmah Tradisi Nyadran

Banyak hikmah yang kita dapati dari Nyadran.  Pertama, tradisi ini mengingatkan kita akan dunia ini hanyalah tempat singgah sementara, sehingga kita tidak terlena oleh gemerlapnya dunia. Kedua, Ukhuwah Islamiyah terdapat dalam tradisi Nyadran. Sebagai contoh dalam tradisi Nyadran ini adalah saling berbagi. Beberapa keluarga yang menjadi tuan rumah diadakannya Nyadran, biasanya  membuat makanan yang nantinya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ikut dalam acara Nyadran. Di sini letak ukhuwah islamiyah-nya yaitu saling berbagi dan juga saling bertegur sapa.

Adapun isi dari kegiatan Nyadran tersebut salah satunya adalah ziarah kubur. Ziarah kubur merupakan kegiatan berkunjung ke kuburan orang-orang yang telah meninggal dengan tujuan mendoakan. Dengan adanya ziarah kubur kita bisa mengingat kembali bahwa dunia bukan menjadi tujuan utama melainkan kita akan kekal di akhirat nanti. Banyak manusia yang terjerumus oleh gemerlapnya dunia sehingga lupa bahwa mereka juga akan mati. Tradisi Nyadran sendiri dahulu merupakan upacara adat dari orang-orang Jawa. Mereka menyembah makam para leluhur mereka. Para Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa melihat kesesatan orang-orang Jawa dengan tradisi menyembah kuburan tidak langsung menghilangkannya, melainkan menyiasatinya dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam di dalam tradisi Nyadran ini. Contohnya para Walisongo mengganti mantra-mantra yang orang Jawa ucapkan ketika menyembah kuburan dengan bacaan-bacaan Islam. Ini merupakan salah satu faktor, masih lestarinya tradisi Nyadran hingga saat ini karena sudah diajarkan dari zaman para Walisongo.

Page 1 of 2
12Next
Tags: Agama dan TradisiAmaliyahIslam NusantaraNyadranPeradaban IslamPersatuanTradisiZiarah Kubur
Previous Post

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 029

Next Post

Pemimpin Perempuan Mewujudkan Negara Ideal (2)

Sahrul Hidayat

Sahrul Hidayat

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
sejarah maulid
Peradaban

Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Nusantara: Dari Wali Songo hingga Tradisi Daerah

25/09/2024
Next Post
Pemimpin Perempuan 2

Pemimpin Perempuan Mewujudkan Negara Ideal (2)

cendekiawan muslim

Mempersiapkan Cendekiawan Muslim di Era Digital

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.