Mereproduksi Hantu PKI
Pada mulanya gerakan ideologi khilafah di Indonesia jelas mempunyai agenda untuk mengganti dasar negara, Pancasila, dengan khilafah Islamiyah. Kritik terhadap Pancasila sebagai dasar negara telah banyak berserakan dari gerakan ini. Gerakan ini mencapai anti-klimaksnya ketika harus berhadapan dengan kebijakan negara untuk membubarkan organisasi pengusungnya.
Teori penindasan dan pendzaliman mencoba dilontarkan bahwa Pemerintah menindas “umat Islam” dengan dibubarkannya organisasi kurang berhasil. Tidak ada satupun organisasi besar keagamaan yang merasa terpengaruhi oleh bujukan teori pendzaliman ini. NU dan Muhammadiyah, misalnya, tetap berkomitmen untuk menjaga Pancasila dan organisasi yang bertentangan dengan dasar ini layak dibubarkan.
Belakangan gerakan khilafah tidak cukup kuat untuk mengajak organisasi Islam agar menentang kebijakan negara tentang pembubaran organisasi ini dengan narasi Islam terdzalimi. Kondisi ini cukup menyadarkan mereka bahwa berhadapan dengan Pancasila masih cukup berat karena harus pula berhadapan dengan organisasi keagamaan lain yang sudah berkomitmen mendukung Pancasila.
Term Khilafah dalam Bingkai NKRI atau Khilafah Rahmatan Lil Alamin pun coba ditawarkan oleh gerakan khilafah. Tidak lupa, dalam banyak kesempatan gerakan ini pun telah mengindetifikasi diri dengan kelompok ahlu sunnah wal jamaah (aswaja), misalnya melalui beberapa gerakan majlis Multaqa Ulama Aswaja. Beberapa pentolan dan tokohnya disebut sebagai ustad atau ulama aswaja. Namun, itu pun tidak tidak banyak merubah persepsi organisasi yang dibubarkan ini mendapatkan pembelaan.
Gerakan khilafah di Indonesia harus memutar otak untuk mencari musuh bersama yang juga dimusuhi semua kelompok. Jatuhlah pilihan kepada komunisme yang jelas telah dibubarkan dan secara historis sangat dibenci oleh umat Islam Indonesia. Menarasikan ancaman baru komunisme dan kebangkitan komunisme di Indonesia akan menciptakan musuh bersama baru.
Mereproduksi ancaman komunisme baru ini setidaknya bisa menutupi ancaman yang bernama gerakan khilafah. Paling tidak, narasi ini ingin membuahkan pertanyaan masyarakat yang kelak akan membesar bahwa khilafah yang islami dibubarkan, komunisme yang sedang bangkit dibiarkan. Apa kemudian kesimpulannya? Jelas pemerintah pro-komunis sedang menindas dan mendzalimi umat Islam.
Bukan hanya tuduhan pemerintah pro-komunis, pembaca pun atau bahkan penulis akan dituduh komunis jika tidak bersepakat dengan gerakan khilafah. Ada narasi yang ingin dibangun untuk membenturkan khilafah dan komunisme bahwa yang menolak khilafah itu adalah komunis. Narasi itu bukan lagi ideologi khilafah bertentangan dengan Pancasila, tetapi siapapun anti gerakan khilafah sama halnya dengan PKI.
Pada akhirnya, kebangkitan komunis dan ancaman baru PKI adalah bagian dari cara ideologisasi dan menguatkan kembali barisan gerakan khilafah. Tentu masih banyak kelompok lain yang sangat berkepentingan dalam memainkan isu komunisme dan PKI di Indonesia dalam kepentingan politik tertentu. Tentu saja pada akhirnya kepentingan politik apapun akan bertemu dengan ideologi dan gerakan khilafah senyampang memiliki tujuan yang sama untuk mereproduksi pemerintah membiarkan komunisme.