Muslim Urban Menyukai Kajian Gus Baha
Muslim urban atau masyarakat yang beragama Islam di perkotaan adalah gambaran realitas sosial. Dari sisi ekonomi misalnya, terdapat gentrifikasi kelas masyarakat menengah keatas yang hidup di lingkungan pinggiran. Di sisi keagamaan, masyarakat ini terbagi beberapa kategori yang menurut penulis lihat saat ini.
Kategori pertama, adalah urban right. Kelompok Muslim perkotaan ini cenderung konservatif. Kadang-kadang juga mereka lebih fanatik. Kategori ini merupakan kelompok ekonomi menengah keatas yang diantaranya seperti pegawai negeri, karyawan, pegawai kantor, atau pekerjaan yang menghasilkan lebih dari upah minimum.
Kategori yang pertama ini dari aspek relijiusitas sangat tinggi. Misal, on-time shalat, puasa, browsing dalil dari situs internet, aktif dalam kajian keislaman, dan juga mendengar kajian-kajian dari platform media sosial. Muslim kelas ini juga toleransinya rendah, karena selama ini mereka disuguhkan dengan berbagai konten-konten yang tidak mendidik dan merusak ukhuwah islamiyah. Tetapi, belakangan ini kelompok ini mulai tersadarkan setelah mendengar kajian Gus Baha’.
Kemudian kategori kedua yaitu urban left. Masyarakat Muslim ini memiliki pemahaman tersendiri. Agama dianggap hal yang sangat privat. Kategori ini ghirah keagamaannya tidak setinggi kategori pertama tadi. Namun, masyarakat Muslim ini lebih memilih kajian Gus Bahaa sebagai referensi untuk menjelaskan problem yang belum mereka ketahui.
Dan kelompok Muslim terakhir adalah urban middle. Dimana kelompok Muslim urban ini adalah contoh dari umat Nabi Muhammad Saw. Mereka lebih memilih pemahaman tengah atau istilah populernya adalah wasathiyyah. Kelompok ini tidak hanya Gus Baha yang menjadi referensi, tetapi sangat banyak ulama atau habaib yang dijadikan sumber untuk belajar Islam.