Hadramaut, sebuah wilayah yang ada di Yaman bagian Selatan, kini menjadi destinasi wisata religi umat muslim Indonesia. Trend tersebut disebabkan penyematan terhadap negeri tersebut dengan sebutan negeri para wali Allah. Sebagaimana perkataan Habib Aidrus al-Habsyi, “Sungguh jika kau sebut kata Hadramaut banyak di dalamnya wali-wali Allah di setiap penjuru negerinya maka jangan kau sebut sebagai ahl Hadramaut.” Sehingga orang-orang muslim menganggap Hadramaut merupakan negri yang untuk mencari ketenangan dan kedamaian hati. Di sisi lain, kota tersebut juga disebut kota ilmu agama. Hal tersebut santri-santri dari penjuru negeri belajar di kota yang penuh berkah tersebut.
Hadramaut terdiri dari dua suku kata yaitu hadra dan maut. Hadra artinya orang-orang yang datang dan maut yaitu kematian. Ada legenda yang dipercayai masyarakat Hadramaut yaitu pada negeri tersebut ada sebuah pohon yang disebut al-liban, semacam pohon yang baunya, menurut kepercayaan mereka, sangat mematikan. (Abd al-Halim Mahmud:179:160)
Namun denotasi makna Hadramaut di zaman sekarang bisa indentikkan dengan negeri yang mengingat kematian melalui mempelajari ilmunya Allah Swt dan mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Maka terlihat dari santri-santri di sana sangat bersemangat dalam menggapai ilmu syariah dan mendatangi majelis-majelis para syekh. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad, “Tidaklah ilmu bisa diraih dengan santainya jasad.” (HR. Yahya bin Abi Katsir)
Sulthan al-Mubarak Abdullah bin Rasyid pernah berkata, “Di negeri Hadramaut ada tiga keistimewaan yang aku bangga padanya atas keistimewaan-keistimewaan tersebut. Yang pertama: tidak terdapat sesuatu yang haram di negeri tersebut, yang kedua: tidak ada perampok di negeri tersebut, dan yang ketiga: tidak terdapat di negeri tersebut orang yang keinginan duniawiyahnya besar. Di sisi lain hubungan silaturahim dan simpati di antara orang-orang negeri tersebut sangat kuat.” (al-Manhaj al-Sawi:550)
Habib Ali bin Hasan Alatas berkata, “Keutamaan Hadramaut ada empat hal: adanya ziarah Nabi Hud AS, banyaknya ahlil bayt Nabi Muhammad, suasana yang hidup di bulan Ramadhan, dan yang keempat adanya musim dingin.” (Tuhfatul Ahbab: 255)