Dari sini, jelas bahwa maskawin bukan sekadar pemberian yang hukumnya wajib bagi seorang calon suami terhadap calon istrinya. Akan tetapi lebih dari itu, yakni upaya Islam untuk menghargai keberadaan perempuan dengan cara mengangkat harkat, derajat, dan martabatnya. Mengingat, adanya stigma negatif perihal status kedudukan seorang perempuan; yang acapkali diposisikan sebagai makhluk nomor dua, direndahkan, dan bahkan tidak dihargai dalam kancah kehidupan sosial-politik.
Lebih dari itu, ketika dihadapkan dengan seorang laki-laki, perempuan tidak lebih dari sekadar pelengkap penderitaan. Juga kerap kali dijadikan obyek daripada subyek. Dalam konteks sejarah, perempuan sering kali menjadi korban mitologi, ketidaknyamanan pada saat hamil, dan rasa sakit yang dialami ketika melahirkan. Hal ini dianggap sebagai hukuman atas dosa pertama (dosa Hawa). Itulah mengapa dari zaman dahulu hingga sekarang, muncul tindakan misoginis terhadap sosok seorang perempuan.
Ironisnya, stigma tersebut mendapat sokongan dari doktrin teologis, tidak terkecuali dalam Islam sendiri. Seperti, masih terdapat sebagian para pemikir Islam dan ulama yang kerap memosisikan kaum laki-laki (superior) daripada kaum perempuan (inferior). Baik dalam hal kepemimpinan, agama maupun spiritual, dan lain-lain.
Di tengah sosio-kondisi seperti inilah, Islam hadir dengan membawa angin segar, terutama bagi kaum perempuan. Bahkan, sejak kedatangannya Islam berupaya mengkritik atas pelbagai hal yang dianggap tidak manusiawi (memanusiakan manusia). Salah satunya adalah mengakarnya budaya patriarki di kalangan umat manusia.
Jadi, dengan diwajibkannya membayar maskawin terhadap seorang perempuan pada waktu hendak melangsungkan akad nikah, adalah upaya Islam untuk mengangkat harkat, derajat, dan martabat seorang perempuan. Juga sebagai jalan menghapuskan budaya patriarki yang telah mengikat sejak lama pada diri seorang perempuan. Di sinilah letak emansipatoris Islam dan keberpihakannya terhadap kaum lemah yang tertindas. Pun, menunjukkan sifat Rahmatan Lil ‘Alamin-Nya bagi seluruh umat manusia di alam semesta ini. Wallahu A’lam
Baca Juga: Kedudukan Perempuan di dalam Islam