Dalam Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, diungkapkan bahwa waktu shalat Maghrib ditandai dengan perubahan suasana dari terang menjadi gelap, pada waktu Maghrib hormon kortison juga semakin sedikit. Hal ini menyebabkan aktivitas tubuh manusia menjadi berkurang. Kondisi yang terjadi pada waktu shalat Maghrib merupakan kebalikan dari kondisi yang terjadi pada waktu shalat Shubuh.
Pada waktu Maghrib, zat melatonin berfungsi menenangkan akan semakin banyak keluar sehingga tubuh seseorang terdorong untuk beristirahat dan tidur. Keadaan ini membuat tubuh merasa malas. Jadi shalat Maghrib ini bisa dikatakan sebagai masa transisi atau perubahan.
Dalam kondisi seperti ini seseorang seseorang membutuhkan relaksasi yang optimal setelah seharian menguras energi baik pikiran maupun fisik. Pantas saja dalam suasana shalat maghrib ini Rasulullah SAW berdiri shalat dengan bacaan surat ath-Thur, sebagaimana diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im RA berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat Maghrib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Selain itu Rasulullah SAW pun menganjurkan kepada umatnya untuk melaksanakan shalat sunnah setelah shalat maghrib. Diriwayatkan saat Rasulullah saw, mendatangi bani Abdul Asy-hal disana beliau bershalat Magrib dan terus pula bershalat sunnat sesudah Magrib itu. Kemudian beliau bersabda: “Kerjakanlah kedua rakaat sesudah Magrib ini dirumahmu masing masing” (HR Ahmad, Abu Daud, Tarmizi dan An-Nasai)
Amalan shalat sunnah ini merupakan rutinitas yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana diriwaytkan dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar RA dia berkata, “Aku Shalat bersama Rasulullah saw dua rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum’at, dua rakaat sesudah Maghrib, dan dua rakaat sesudah Isya’.” (Muttafaq ‘alaih).
Ibadah maghrib merupakan transisi, walaupun masih banyak orang yang tidak begitu peduli saat mereka di perjalanan atau sedang belanja di Mall atau Pusat Perbelanjaan. Bahkan tidak sedikit para karyawan yang hanya terdiam ketika masuk waktu maghrib yang hanya mempunyai durasi waktu sebentar.
Sejatinya apa yang menjadi perbuatan Rasulullah SAW ditiru dengan baik. Apalagi dalam shalat terdapat hikmah yang kadang kita tidak bisa mencernanya dengan hanya akal fikiran saja. Pantas saja Oliver Lodge pernah mengataka “dan kalau shalat merupakan pendidikan kejiwaan, maka mengapa yang menentangnya menduga bahwa pendidikan tersebut tidak merupakan sebab untuk terjadinya kejadian-kejadian lain sebagai akibat setiap bentuk pendidikan.”
Wallahu a’lam.